Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu Kota Baru Harus Usung Konsep Smart City, Ini Indikatornya

Kompas.com - 27/08/2019, 20:32 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Ibu kota baru yang akan dipindahkan dari Jakarta ke Kalimantan Timur, harus dibangun dan dirancang dengan konsep smart city.

Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia Hendricus Andy Simarmata.

Kepada Kompas.com Andy menerangkan bahwa smart city pada dasarnya merupakan pendekatan atau cara untuk membangun kota di era modern.

Smart city hadir tak lain untuk meningkatkan pelayanan kepada warga kota dan membangun peradaban.

Baca juga: Ibu Kota Pindah, Punya Air Banyak tapi Struktur Tanah Kurang Stabil

"Enggak hanya ibu kota negara atau ibu kota baru, kota yang sudah ada sebaiknya memang menggunakan pendekatan yang lebih cerdas," ujar Andy kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (27/8/2019).

Andy menuturkan, kota lebih cerdas memang tidak harus melulu mengandalkan teknologi canggih.

Cara cerdas juga bisa dilakukan dengan meningkatkan kebiasaan atau cara lama yang ada di dalam daerah sebelumnya.

Dia memberi contoh, istana negara sebelumnya sulit memantau datangnyaa demonstran karena tidak ada command center yang melihat arus masa datang dari arah mana.

Kemudian setelah dipasang sistem tertentu, pihak istana dapat mengantisipasi dan lebih efisien dalam melakukan penanganan ke para demonstran bisa lebih dini.

"Hal semacam ini bisa diterapkan di ibu kota baru," kata Andy.

Selain itu, Andy mengatakan smart city juga bisa dibangun dengan peningkatan energi, salah satunya dengan memperhatikan desain bangunan.

"Jika bangunan dibangun tanpa memperhatikan cahaya masuk, bangunan tertutup, dan mengakali dengan pasang AC, maka ke depan desain bangunan untuk ibu kota baru harus lebih hijau dan lebih hemat energi," ujar Andy.

Ketika ibu kota baru dipindahkan ke daerah baru, artinya akan ada pembangunan baru yang menggelontorkan banyak biaya. Dengan melakukan pembangunan yang lebih efisien dan menerapkan urban nature lewat smart city, diharapkan anggaran lebih hemat dan kota pun lebih tertata.

"Ini hal bagus, terutama untuk kota baru seperti ibu kota negara, di mana dia harus pasang dari telekomunikasi, internet, drainase, dan lain-lain. Kalau bisa dibuat satu smart utility box, itu akan sangat menekan biaya," ungkap Andy.

"Jadi kalau ada penambahan arus atau apa, enggak perlu gali lubang tutup lubang seperti sekarang," ujar dia.

Indikator pembuatan smart city di ibu kota baru

Andy mengatakan, pendekatan smart city bukan untuk mengukur ujung atau hasil, tapi bagaimana cara membangun smart city ini sendiri.

Oleh karena itu, membangun smart city di ibu kota baru nanti diperlukan beberapa indikator yang harus diperhatikan.

Indikator itu antara lain smart mobility, smart people, dan smart building.

1. Smart mobility

"Pertama itu, cara membangun fisik kota," kata Andy.

Jika struktur kota, terutama jalan raya didesain untuk kendaraan pribadi seperti mobil, maka dikatakan Andy, ini bukan langkah smart.

"Harusnya jalan raya didesain untuk pejalan kaki dan angkutan umum," terang dia.

Dengan langkah ini, maka mobilitas warga otomatis akan menggunakan angkutan umum dan bisa berjalan kaki.

Dampaknya pun dapat mengurangi emisi karbon dan polusi udara di kawasan ibu kota ke depan.

Sementara, jika pembangunan jalan raya masih didesain untuk pengguna mobil pribadi, maka hasilnya diyakini Andy sama seperti ibu kota saat ini.

"Jadi menghindari kendaraan pribadi, pakai bus. Namun bus yang dipakai pun electrical bus agar tidak mengeluarkan emisi karbon," kata dia.

2. Smart people

Dari sisi manusia, ketika ibu kota pindah ke Kalimantan, maka akan terjadi culture shocked.

Oleh sebab itu, Andy menyarankan sumber daya manusia (SDM) yang nantinya bekerja di ibu kota baru mulai dipersiapkan sejak saat ini.

"Harus sudah mulai pembekalan-pembekalanSDM-nya, orangnya disiapin. Karena selama ini saya lihat diskusinya justru lebih banyak membahas hal-hal fisik," kata dia.

Pembekalan ini bisa meliputi cara hidup di kota baru.

Baca juga: Ibu Kota Pindah, Walhi Nilai Tidak Selesaikan Sumber Masalah

3. Smart building

Andy mengatakan, smart mobility dan smart people merupakan indikator dasar yang harus diperhatikan dan dilakukan.

Sementara untuk smart building, hal ini dirasa Andy pasti akan mengikuti untuk mengurangi operasional pemeliharaan ibu kota baru.

"Jadi bisa kebayang berapa operasional maintenance kalau misal satu gedung pakai AC semua, apalagi di sana (Kaltim) relatif panas. Nah ini sebenarnya yang harus dirancang," tutup dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com