Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teliti Partikel Kaon selama 32 Tahun, Terry Mart Raih Penghargaan LIPI

Kompas.com - 23/08/2019, 09:55 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Prof Dr Terry Mart, pakar fisika nuklir dan partikel dari Universitas Indonesia (UI) telah menghabiskan 32 tahun untuk meneliti partikel kaon.

Usaha dan kerja kerasnya yang menjadi acuan penelitian dunia ini pun mendapat apresiasi dan penghargaan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

LIPI Sarwono Award menjadi bentuk penghargaan LIPI terhadap prestasi dan dedikasi anak bangsa dalam pengembangan ilmu pengetahuan Indonesia.

Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko, menyatakan bahwa selain banyaknya penghargaan dan juga publikasi ilmiah, baik di jurnal nasional dan internasional, Terry Mart sangat berperan dan konsisten dalam bidang ilmu serta pemikiran partikel kaon yang merupakan penelitian fisika teori.

Baca juga: Lestarikan Sejarah, LIPI Digitalisasi Naskah Kuno Selama 17 Tahun

Mengenal partikel kaon

Terry menjelaskan, dalam ilmu fisika pada dasarnya elemen dasar patikel terbagi menjadi dua, yakni boson (partikel yang menaati stastiska bose-einsten) dan fermion (partikel yang mengikuti statistika fermi-dirac).

Perbedaan dari keduanya, jika memasuki sebuah sistem, fermion akan jatuh berjangka dua atau bertahap, sementara boson akan jatuh menyeluruh atau secara bergerombol dalam sebuah sistem tersebut.

Partikel kaon termasuk ke dalam boson. Partikel kaon ini merupakan partikel yang memiliki bilangan keanehan.

"Karena bila diproduksi harus menghasilkan pasangan kaon dan hipron," kata terry.

Kemudian, ternyata hipron tersebut jika masuk ke dalam sistem seperti bintang neutron, hal itu dapat mengubah sistem bintang neutron dan hipron dianggap sangat penting.

"Inilah hal yang menarik, teori itu aplikasinya akan berada di teori tingkat atasnya. Dengan kata lain, perubahan sistem bintang neutron karena hipron tersebut, dan hipron dikatakan sangat penting itu, ada karena produksi partikel kaon yang merupakan teori bawah (sebelum) ditemukannya hipron tadi," jelas Terry yang juga guru besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA) UI.

Terry mengatakan, tujuannya meneliti partikel kaon adalah untuk mencari tahu fundamental alam semesta.

Dia menganalogikan meneliti partikel kaon sebagai penelitian informasi kecil yang saling terkoneksi dalam sebuah ruang yang biasa disebut dengan World Wide Web (www).

Maksudnya adalah terbentuknya www itu sendiri. Pada dasarnya merupakan sebuah ketidak sengajaan di saat peneliti sedang melakukan penelitian terhadap sebuah partikel kecil.

Melalui berbagai tahapan penelitian, akhirnya penelitian pada sebuah pertikel kecil tersebutlah yang berkembang dan menjadi dasar dari terciptanya www yang bisa dimanfaatkan kegunaanya oleh masyarakat dunia saat ini.

"Seperti world wide web (www) yang kita gunakan saat ini, dahulu penelitinya hanya menguji dan meneliti sebuah partikel kecil. Namun, ternyata yang dalam perjalanan penelitian dan tahapan panjangnya tidak sengaja terciptalah www ini," kata Terry.

"Ini juga yang menjadi harapan dan tujuan saya, ya meski tahapan agar pengaplikasian penelitian-penelitian bisa dirasakan itu masih sangat panjang lagi tahapannya, namun diharapkan ini bisa menjadi dasar atau pondasi terciptanya dan ditemukannya apa, kenapa dan bagaimana alam semesta ini ada," imbuh Terry.

Baca juga: Demi Pancake yang Sempurna, Ilmuwan Gunakan Konsep Fisika

Nah, inilah dasar Terry terus berkonsen pada partikel kaon atau bagian kecil seperti sebuah partikel dengan harapan penelitian ini akan menjadi dasar atau pondasi bagaimana terciptanya alam semesta ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau