Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Halo Prof! Kenapa Rambut Rontok Terus Padahal Masih Muda?

Kompas.com - 22/08/2019, 12:06 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Editor

 

KOMPAS.com - Rambut rontok kerap menjadi permasalahan, apalagi bila yang mengalaminya masih berusia muda. Seorang pembaca Kompas.com yang bernama Nurbaiti juga mengalami hal ini. Kepada rubrik Halo Prof, dia menulis:

"Saya mau tanya, semenjak umur saya 15 tahun, rambut saya sering sekali rontok ketika saya sisir atau saya pegang. Setiap hari, rambut saya rontok sampai 100 helai per hari, Prof. Di usia yang masih remaja, rambut sering rontok seperti Itu apakah berbahaya, Prof?"

Pertanyaan ini dijawab oleh dr. Susie Rendra, Sp. KK, Dokter Spesialis Kulit & Kelamin di RS Pondok Indah – Puri Indah. Berikut paparannya:

Pada populasi sehat, secara normal 85 persen rambut di kulit kepala berada pada fase pertumbuhan atau fase anagen, sisanya berada pada fase istirahat atau fase telogen. Fase pertumbuhan biasanya berlangsung sekitar 3-4 tahun, sedangkan fase istirahat selama kurang lebih 3-4 bulan.

Baca juga: Halo Prof! Bagaimana Cara agar GERD dan Penyakit Jantung Tidak Kambuh?

Pada folikel rambut yang memasuki masa istirahat, biasanya di bagian bawah akar rambut akan tumbuh rambut anagen baru. Rambut anagen ini akan mendorong lepas rambut telogen di atasnya, sehingga terjadi rontok. Jadi, rambut rontok yang terjadi setiap hari merupakan kejadian alami dari siklus normal rambut.

Jumlah rambut rontok 50-100 helai per hari masih dianggap normal. Biasanya kerontokan sejumlah ini tidak akan menyebabkan penipisan rambut yang kasat mata, karena pada saat yang bersamaan muncul rambut baru.

Namun bila siklus normal ini terganggu, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal, maka fase anagen ikut terganggu dan dipercepat memasuki fase istirahat. Pada keadaan ini, rasio rambut anagen dan rambut telogen akan berbanding terbalik. Bila ini terjadi, maka penipisan rambut akan mulai terjadi.

Sebagian besar rambut rontok bersifat sementara, biasanya akan pulih dalam beberapa bulan.

Baca juga: Halo Prof! Saya Ada Keluhan tentang Fobia Nasi

Penyebab rambut rontok yang sering terjadi adalah penyakit berat (terutama bila disertai demam), pembedahan, kecelakaan, persalinan, berat badan menurun, diet ketat (terutama akibat kekurangan protein dan zat besi), obat-obatan, berhenti mengonsumsi pil kontrasepsi, stres dan pajanan sinar matahari berlebihan.

Ada sebagian ahli yang menyatakan bahwa stres atau kelelahan akibat jetlag juga dapat memicu kerontokan rambut.

Setelah terjadi penyebabnya, kerontokan biasanya akan mulai terlihat 1-6 bulan setelahnya. Rambut rontok juga bisa menyertai beberapa kelainan kulit lain, misalnya psoriasis dan eksim ketombe (dermatitis seboroik).

Pada sebagian kasus, rambut rontok menjadi kronis, terjadi lebih dari enam bulan. Pada kasus kronis ini, biasanya penyebabnya tidak mudah diketahui. Beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab adalah infeksi kronis, gangguan tiroid, penyakit liver dan ginjal serta stres psikis yang berkepanjangan.

Baca juga: Halo Prof! Bagaimana Cara Sembuhkan GERD yang Bikin Cemas dan Begah?

Pada keadaan ini, seringkali dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk menelusuri penyebab yang mungkin terjadi.

Kasus rambut rontok sendiri tidak berbahaya, karena lebih bersifat kosmetik, namun yang perlu mendapat perhatian adalah penyakit lain yang menjadi penyebab kerontokan ini.

Demikian penjelasan dari saya, semoga dapat membantu Ibu dalam memahami kondisi rambut rontok yang Ibu alami. Terima kasih.

dr. Susie Rendra, Sp. KK

Dokter Spesialis Kulit & Kelamin

RS Pondok Indah – Puri Indah

Punya pertanyaan terkait kesehatan dan sains yang membuat Anda penasaran? Kirimkan pertanyaan Anda ke haloprof17@gmail.com untuk dijawab oleh ahlinya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com