Tingginya permintaan untuk membeli dari daerah-daerah seperti Jawa, Bali, Lombok dan Kalimantan. Hal ini telah diteliti oleh lembaga TRAFFIC, Monitor, YPI, Oxford Wildlife Trade Research Group, WWF Malaysia, Universitas Gadjah Mada dan PERHILITAN.
"Banyaknya penyitaan yang kami lakukan dalam dekade terakhir membuktikan bahwa ini adalah masalah yang mengkhawatirkan. Kita nampaknya akan kehilangan burung ini, meskipun nantinya, peraturan perdagangan berlisensi akan dibuat," ujar Dato Abdul Kadir bin Abu Hashim, Direktur Jenderal Departemen Margasatwa dan Taman Nasional, Semenanjung Malaysia.
"Hal terbaik yang dapat kami lakukan adalah membongkar perdagangan ilegal, termasuk meningkatkan pemeriksaan di perbatasan dan mengatur perdagangan baik domestik maupun internasional berjalan dengan semestinya dengan menjatuhkan hukuman yang lebih tinggi dibawah UU 716 dan memberlakukan kuota untuk mengekang perburuan spesies yang berlebihan," imbuh dia.
Boyd Leupen selaku penulis dan Staf Program Monitor juga mengungkapkan bahwa besarnya jumlah perdagangan internasional burung murai batu tidak sepenuhnya mengejutkan.
"Ketika populasi berkurang sementara permintaannya tinggi, pasokan harus bersumber dari negara-negara di sekitarnya. Fenomena ini tidak menutup kemungkinan memberikan efek yang bertahan lama pada populasi regional bahkan global. Hal ini juga telah diamati pada spesies lain," ujar Leupen.
Fakta lain yang ditemukan dalam penelitian terdapat 8.271 burung yang diperjualbelikan di pasar lokal.
Data ini diambil dari beberapa negara, seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Vietnam, antara tahun 2007 dan 2018.
Survei online yang dilakukan sepanjang 2016-2018, dalam enam studi perdagangan di Indonesia Malaysia dan Thailand juga menemukan 917 individu siap dijual.
"Dampak dari perdagangan domestik maupun internasional pada populasi burung penyanyi di Asia Tenggara seperti pada burung murai batu dapat jauh lebih dahsyat dari yang diperkirakan. Karena itu kami menyerukan untuk memantau lebih dekat dan perlu tindakan yang cepat dari semua pihak yang berwenang," ujar Serene Chang, Program Officer TRAFFIC di Asia Tenggara dan koordinator IUCN Kelompok Spesialis Perdagangan Burung Penyanyi Asia mengimbau.
Baca juga: Serba Serbi Hewan: Burung Sudah Bicara Bahkan Sebelum Lahir ke Dunia
Trade in White-rumped Shamas Kittacinla malabrica demands strong national and international responses telah diterbitkan di Forktail, jurnal Oriental Bird Club.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.