Melalui profil dan strateginya, pemerintah Indonesia mungkin dapat belajar untuk menentukan strategi yang pas mengerek kualitas universitas.
Sekitar 70% dosen dan periset di NTU kini berasal dari dunia internasional. Andresson juga mengubah skema perekrutan SDM di NTU.
Pada akhir tahun masa jabatan Andersson di NTU, jumlah dosen/peneliti sebanyak 4.350 orang, sementara tenaga pendukung ada 2.350 orang.
Skema rekrutmen orang-orang muda berbakat dibuat beragam dengan skema peneliti lepas. Kebijakan ini mengubah wajah NTU yang pada 2007, ketika ia masuk di sana terdapat 1.400 profesor dengan performa yang buruk. Tahun itu juga dibuka 215 lowongan baru bagi profesor dengan kinerja terbaik.
Masalahnya, jika Indonesia ingin merekrut dosen asing, modal awal reaksi berupa kebijakan pemerintah justru kurang mendukung terbentuknya ekosistem menuju universitas dan riset kelas dunia.
Misalnya, perizinan periset asing di Indonesia sangat rumit. Untuk mengurus perizinan, legalitas periset, dan tenaga pendidik asing melalui sedikitnya tiga kementerian: Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Hukum, dan Kementerian Luar negeri. Dalam satu kementerian, terdapat beberapa kantor dan meja dengan kerumitan administrasi yang berbelit-belit.
Seperti dalam kimia, katalisator (rektor kelas dunia) saja tidak akan dapat berguna tanpa ada senyawa-senyawa yang direaksikan. Katalisator sendirian hanya sebuah senyawa.
Ini berarti modal awal untuk mencetak universitas kelas dunia adalah ciptakan ekosistem universitas berkelas dunia dahulu. Baru kemudian rekrut rektor, dosen, dan mahasiswa internasional.
Elisabeth Rukmini
Lecturer in the School of Medicine and School of Biotechnology, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.