Tan berkata, testimonial adalah suatu kesaksian berdasarkan pengalaman individu.
Oleh sebab itu, Tan mengatakan testimonial sangat ringkih dan tidak bisa dipertanggungjawabkan untuk dianggap bisa mewakili semua populasi.
"Pengalaman itu bias sekali. Apa yang baik dan benar bagi satu orang, belum tentu baik dan benar bagi orang lain," jelas Tan.
"Soal kanker, lebih ngeri lagi. Iya kalo itu kanker, kalau cuma abses biasa? Tidak pernah ada sejarah kedokteran membuktikan kanker payudara stadium empat bisa bertahan sampai dengan seperti kesaksian keluarga yang 'minum air seduhan bajakah'," tutp Tan.
Dalam artikel berjudul Siswi SMA di Kalteng Temukan Penyembuh Kanker? Ini Tanggapan Ahli, Aru menegaskan bahwa memang ada banyak sekali obat kanker yang berasal dari tanaman herbal khas Indonesia.
Biasanya bukan berupa dedaunan, bisa berupa akar bahkan kulit batang pepohonan.
Namun, butuh proses panjang atau lama untuk memastikan secara benar manfaatnya terhadap pengobatan kanker pada manusia.
Namun demikian, Aru tetap berharap agar penemuan dan uji awal yang dilakukan kedua siswa tersebut memang benar, dan bisa dilanjutkan hingga terealisasi kepada kanker payudara manusia.
"Saya tidak menampik, ada kemungkinan memang bisa tumbuhan itu (Bajakah) digunakan untuk obat kanker. Tapi banyak fase yang harus dilalui, dan semoga saja ada yang mau membantu proses penelitian tersebut berlanjut," imbuhnya.
Baca juga: Bajakah untuk Obat Kanker, Apa yang Harus Dilakukan Usai Kehebohannya?
Sebelumnya diberitakan pula, kedua siswa asal SMA Negeri Palangka Raya, Anggina Rafitri dan Aysa Aurealya Maharani, meraih medali emas di World Invention Creativity Olympic (WICO), Seoul, Korea Selatan.
Keduanya disebut menemukan obat penyembuh kanker dari akar tumbuhan Bajakah (tumbuhan khas Kalimantan Tengah) yang dibubukkan.
Ketika bubuk Bajakah diuji cobakan ke tikus, Anggina dan Aysa menemukan bahwa sel tumor bisa menghilang dalam waktu dua minggu.
Sumber: Kompas.com (Angga Setiawan, Ellyvon Pranita)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.