Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk Jadi Obat Kanker, Bajakah Harus Lewati "Evidence Based Medicine"

Kompas.com - 14/08/2019, 17:32 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Dua siswa SMA dari Palangka Raya, Kalimantan Tengah berhasil memenangkan ajang perlombaan internasional dengan temuan tanaman Bajakah yang dikatakan dapat menyembuhkan kanker payudara pada tikus.

Dalam riset itu, penelitian yang dilakukan baru praklinis awal terhadap hewan.

Hal inilah yang kemudian menimbulkan kehebohan. Karena riset tersebut mengklaim bajakah dapat digunakan sebagai obat penyembuh kanker, tapi baru diujikan ke tikus.

"Uji coba terhadap tikus dan manusia itu berbeda," ujar Prof Dr dr Aru Sudoyo kepada Kompas.com, Senin (12/8/2019).

Hal yang sama pun disampaikan ahli gizi komunitas Dr dr Tan Shot Yen, M. Hum.

Kepada Kompas.com, Tan mengkritisi bahwa penemuan obat kanker dari tanaman bajakah yang diteliti siswi SMA itu masih sangat memerlukan pembuktian keilmuan terutama dalam bidang kedokteran.

Baca juga: Untuk Jadi Obat Kanker, Akar Bajakah Harus Melewati Fase-fase Ini

Seperti kita tahu, bidang kedokteran melandaskan ilmunya dengan uji klinis dan pembuktian berdasarkan metodologi ilmiah.

Atas dasar itu, subjek uji coba yang diperlukan harus homogen dan tidak hanya bersumber pada satu sampel percobaan. Hal ini dinamakan evidence based.

Memahami evidence based medicine

Evidence based medicine (EBM) adalah suatu pendekatan medik yang didasarkan pada bukti ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan penderita.

Dalam praktiknya, EBM memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti ilmiah terkini yang dapat dipercaya.

"Kedokteran melandaskan ilmunya dengan evidence based. Artinya, klaim-klaim kebenaran haru melalui uji, pembuktian, sesuai kaidah metodologi ilmiah. Jumlah subjek, sampel, dihitung sesuai jenis studinya," ujar Tan.

"Jadi enggak bisa satu orang dijadikan landasan klaim "keberhasilan" tindakan atau pengobatan," tegas dia.

Dalam EBM, ada beberapa tahapan proses yang harus dilakukan.

Dimulai dengan tahap percobaan pada hewan hingga fase akhir berupa praktik langsung untuk melihat dampak uji coba jangka panjang.

"Evidence based medicine juga punya hierarki. Tidak semua jenis studi punya nilai sama. Jadi, pendapat pakar saja itu sangat lemah," ungkap Tan.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau