Tan juga menjelaskan ada beberapa faktor penemuan obat kanker yang diteliti oleh Siswa SMA 2 Palangkaraya tersebut perlu pembuktian keilmuan terutama dalam bidang kedokteran.
Bukan rahasia lagi jika bidang kedokteran melandaskan ilmunya dengan uji klinis dan pembuktian berdasarkan metodologi ilmiah. Subjek uji coba yang diperlukan juga harus homogen dan tidak hanya bersumber pada satu sampel percobaanyang dinamakan evidence based.
"Kedokteran melandaskan ilmunya dengan EVIDENCE BASED. Artinya, klaim-klaim kebenaran harus melalui uji, pembuktian, sesuai kaidah metodologi ilmiah. Jumlah subjek, sampel, DIHITUNG sesuai jenis studinya. Jadi nggak bisa 1 orang dijadikan landasan klaim 'keberhasilan' tindakan atau pengobatan," tegasnya.
Evidence based juga terdapat tahapan proses yang harus dilakukan dimulai dengan tahap percobaan kepada hewan, dan pada fase akhir dilakukan praktet langsung melihat dampak uji coba dalam jangka Panjang.
“Evidence based medicine juga punya hirarki. Tidak semua jenis studi punya nilai yang sama. Jadi, pendapat pakar saja itu sangat lemah," ujar Tan.
Baca juga: Bukan Hanya Manusia, Orangutan Pun Merasakan Manfaat Bajakah
"Studi kasus pun masih kalah dibanding RCT (studi kontrol acak), dan meta-analisis adalah suatu kajian mendalam dari berbagai jenis studi yang menelaah kasus yang sama, sehingga bisa menyimpulkan suatu klaim ilmiah yang lebih bertanggung jawab," tambahnya.
Tan juga menilai penelitian yang dilakukan dengan satu sampel tidak mencerminkan sampel yang lainnya.
Satu jenis dengan jenis yang lainnya memiliki karakteristik yang berbeda sehingga ada kemungkinan hasil percobaan memiliki perbedaan.
Terakhir Tan menyampaikan terkait dengan berita heboh yang beredar tentang penemuan obat kanker tersebut agar tidak dilebih-lebihkan. Apalagi jika khasiat suatu obat atau tanaman hanya berdasarkan testimoni seseorang saja.
"Testimonial adalah suatu kesaksian, EXPERIENCE BASED. Dari pengalaman individu, yang amat ringkih dan tidak bertanggung jawab untuk dianggap 'mewakili semua populasi seperti dia'. Pengalaman itu bias sekali, apa yang baik dan benar bagi 1 orang, belum tentu baik dan benar bagi orang lain," kata Tan.
“Soal kanker, lebih ngeri lagi. Iya kalo itu kanker, kalau cuma abses biasa? Dan tidak pernah ada sejarah kedokteran membuktikan kanker payudara stadium empat bisa bertahan sampai dengan seperti kesaksian keluarga yang 'minum air seduhan bajakah'," paparnya.
Tan juga mengingatkan agar pemberitaan mengenai hal semacam ini bisa lebih proporsional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.