Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta Darurat Polusi Udara, Awas Risiko Serangan Jantung Mengintai

Kompas.com - 06/08/2019, 09:04 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jakarta darurat polusi udara. Setiap harinya, data AirVisual menunjukkan kualitas udara tidak sehat. Keadaan ini pun memberi dampak buruk bagi kesehatan.

Mulai dari penyakit yang dianggap ringan seperti batuk atau bersin, hingga kanker. Menurut ahli, dampak polusi pada kesehatan tergantung pada berapa lama seseorang menghirup udara buruk tersebut.

Berikut adalah dampak jangka pendek dan panjang dari menghirup udara berpolusi:

Dampak jangka pendek

Polusi udara dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan. Banyak gejala yang mungkin terjadi akibat masuknya kuman dan bakteri ke dalam tubuh manusia melalui udara yang dihirup.

Baca juga: Jakarta Darurat Polusi Udara, Berikut Cara Pakai Masker yang Benar

Keluhan batuk kering dan berdahak juga menjadi salah satunya. Partikel debu yang beredar dapat terhirup hidung dan menyisir ke tenggorokan. Hal inilah yang akan membuat Anda merasa gatal pada tenggorokan dan batuk.

Ada orang-orang di sekitar kita yang juga sangat sensitif terhadap debu. Mereka mudah sekali bersin-bersin dan pilek saat udara di sekitarnya lembab dan berdebu.

Hal itu bukan menandakan mereka lemah. Itu menandakan udara atau polusi di sekitarnya memang tidak baik untuk dihirup berlama-lama.

Dampak jangka panjang

Potensi dampak jangka panjang dapat muncul ketika kita menghirup udara kotor selama menahun.

Penyakit yang sering muncul karena polusi udara jangka panjang ini seperti asma, penyakit paru kronik, kanker paru dan mudahnya terserang berbagai macam kanker oleh anak-anak.

Dr dr Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia mengatakan, ada komponen penyebab kanker dalam udara berpartikel kecil. Hal itu juga dapat meningkatkan rasio jantung.

Kenapa bisa ke jantung?

"Partikel polusi udara itu ada yang sangat kecil sekali, tidak seperti debu yang bisa dipegang saat mengelap perabot di rumah," ungkap Agus.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau