Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memberikan Waktu Menyusui, Untung atau Rugikah Perusahaan?

Kompas.com - 05/08/2019, 17:04 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masa menyusui bayi atau program laktasi merupakan masa emas bagi pertumbuhan bayi mendatang. 

Namun, terkadang menyusui sulit dilakukan oleh para pekerja perempuan yang tidak mendapatkan fasilitas, bahkan kesempatan, untuk menyusui bayinya saat berkerja hingga 10-12 jam per hari.

Model promosi laktasi di tempat kerja ditemukan mampu meningkatkan prevelensi ASI eksklusif dan mempertahankan produktivitas pekerja.

Untuk diketahui, model promosi laktasi merupakan sebuah program mendukung laktasi (menyusui) oleh perusahaan kepada para pekerja perempuan paska melahirkan.

Baca juga: Ahli Tegaskan, Tidak Ada Susu Formula yang Lebih Baik dari ASI

Peneliti Dr dr Ray Basrowi MKK dari Ikatan Alumni Magister Kedokteran Kerja (ILUNI MKK FKUI), melakukan pendekatan dengan metode Delphi atau melalui kesepakatan para ahli dan mengidentifikasikan tujuh komponen utama dukungan laktasi di tempat kerja.

Ketujuh komponen meliputi peraturan dan kebijakan perusahaan mencakup cuti melahirkan 3-6 bulan, kebijakan waktu memompa ASI yang fleksibel selama jam kerja dan edukasi rutin.

Fasilitas wajib yaitu ruang laktasi khusus dengan perlengkapan yang sesuai dengan Permenkes No 15 tahun 2013.

Selanjutnya, memberikan materi edukasi dengan sembilan topik terkait manfaat dan metode laktasi, gizi untuk ibu menyusui, penanganan payudara dan dukungan lingkungan kerja terhadap perilaku laktasi. Adapun target peserta meliputi pekerja perempuan usia produktif, hamil, menyusi dan kembali dari cuti melahirkan.

Baca juga: Ahli Beberkan 3 Sebab Produksi ASI Sedikit dan Cara Meningkatkannya

Metode promosi laktasi ini juga dilakukan dengan prioritas pendekatan diskusi interaktif, pemanfaatan sosial media dan konseling pribadi.

Tidak hanya itu, sumber daya manusia juga harus fokus pada manajemen, konselor laktasi dan dokter perusahaan, serta mencakup jadwal konseling interaktif dan konselor laktasi di tempat kerja.

"Perlu adanya dukungan dari pemerintah mengenai kebijakan pekerja perempuan mendapatkan jaminan untuk memberikan ASI eksklusif setelah melahirkan," tegas Ray.

Kondisi pekerja perempuan menyusui di Jakarta

Faktanya di Jakarta menunjukkan bahwa hanya dua dari 10 (20 persen) buruh pekerja sektor formal yang berhasil memberikan ASI eksklusif, dan hanya 21 dari 100 pekerja perempuan mendapatkan fasilitas laktasi memadai di tempat kerja.

Selain itu, hanya tujuh dari 100 pekerja yang dapat menikmati program dan edukasi fasilitas laktasi di tempat kerja.

Akibatnya, 50 persen pekerja perempuan memompa ASI di toilet atau kamar mandi pabrik atau kantor mereka. Padahal, tempat tersebut sangat tidak baik untuk memerah ASI karena bukan tidak mungkin ada banyak bakteri atau kuman yang bersarang di sana.

Lalu, enam dari 10 dari ibu menyusui mengaku tidak memompa ASI di tempat kerja karena terlalu sibuk, takut meninggalkan pekerjaan mereka atau tidak diizinkan atasan. Padahal, idealnya ibu menyusui memompa minimal 2-3 jam sekali agar ASI-nya tetap dapat diproduksi dengan baik.

Diungkapkan dalam acara tersebut, 45 persen pekerja perempuan sektor formal berhenti memberikan ASI eksklusif bahkan sebelum empat bulan setelah kembali dari cuti melahirkan.

Baca juga: ASI, Baiknya Dipompa Pakai Tangan atau Alat?

Memberi banyak manfaat bagi perusahaan

Menurut dokter Ray, fakta-fakta dari penelitian di atas dan bukti klinis hasil penelitian di bawah ini harusnya dapat dipertimbangkan dan dikaji oleh perusahaan mengenai pemberian kebijakan promosi laktasi di tempat kerja.

Selain sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No 15 tahun 2013 tentang petunjuk dukungan laktasi di tempat kerja, bukti klinis menunjukkan bahwa model promosi laktasi juga memberikan keuntungan yang baik bagi dirinya dan tempat kerja.

Model promosi laktasi di tempat kerja terbukti dapat meningkatkan perilaku laktasi yang baik pada pekerja perempuan yang baru kembali dari cuti melahirkan hingga 27 kali lebih besar.

Bahkan, para pekerja yang mendapatkan model promosi laktasi enam kali lebih mungkin untuk berhasil memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

51 persen dari mereka juga terbukti memiliki kesehatan reproduksi yang lebih baik.

Di samping, para pekerja perempuan di perusahaan yang menerapkan model promosi laktasi terbukti delapan kali lebih produktif untuk mencapai target kerja. 91 persen juga lebih jarang absen dengan tingkat kehadiran 80 persen.

"Banyak perusahaan di Eropa telah melakukan promosi laktasi kepada pekerja perempuan menyusui, dan hasilnya produktivitas pekerja meningkat, serta keuntungan perusahaan juga akan bertambah. Inilah yang harus di pertimbangkan kembali perusahaan di negara kita," kata dokter Ray.

Baca juga: Begini Cara Tepat Menyimpan ASI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com