Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Konten Vulgar Kimi Hime dalam Kacamata Budaya Indonesia

Kompas.com - 30/07/2019, 22:06 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

"Semakin konten itu tidak benar (dalam nilai dan norma masyarakat), semakin kita akan tertarik menontonnya," papar Habsari.

Baca juga: Tanpa Diminta Kominfo, Kimi Hime Cabut Konten yang Dinilai Vulgar

"Semakin hari semakin yang dicari adalah kontroversi, karena memang khasnya media sosial di situ," lanjutnya.

Fenomena ini, menurut Habsari, tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Habsari menganalogikan yang terjadi di media sosial seperti koran kuning.

"Koran kuning itu kan judul dengan isinya kadang-kadang tidak nyambung," kata Habsari.

"Sekarang, sosial media itu kan koran kuning. Saya kadang baca itu judul dan isinya ora nyambung," tambahnya.

Hal ini juga berlaku pada kasus konten Kimi Hime yang dihapus oleh pihak YouTube atas permintaan Kominfo.

Kimi Hime sendiri telah mengakui penggunaan judul pada kontennya memang dimaksudkan agar clickbait. Dia juga menjelaskan bahwa apa yang tertulis di judul tidak sama dengan isi kontennya.

Kultur Indonesia

Apa yang dilakukan oleh Kimi Hime juga mencerminkan sifat generasi muda Indonesia yang telah beralih menjadi individualis.

Pada akhirnya, ini bertentangan dengan kultur Indonesia yang dianut selama ini.

"Karena kultur bangsa Indonesia bukan individualism tapi communal dan collective, maka fungsi ketua adat, tokoh masyarakat, atau pamong praja di masa lalu diambil alih oleh negara," kata Habsari.

"Negara kemudian punya tugas untuk menjaga kelangsungan tata nilai dan moralitas bangsa," imbuhnya.

Baca juga: Segera Bertemu Kimi Hime, Rudiantara akan Bahas Ini...

Namun, setiap kebudayaan pasti akan mengalami perubahan dan pergeseran. Seperti generasi muda Indonesia saat ini yang dinilai oleh Habsari mulai merujuk pada sifat induvidualism.

"Hal itu tentu saja menimbulkan kontroversi dan sering ditentang oleh mereka yang mulai menganut sistem tata nilai individualism yang merupakan tata nilai bangsa-bangsa Barat," kata Habsari.

Perkara Kimi Hime dan Kominfo ini juga tidak lepas dari masalah demokratisasi media. Menurut Habsari, hal inilah akar masalahnya.

"Demokrastisasi media itu kan berasal dari Barat yang menganut nilai individualism. Indivisualis artinya semua orang sudah memiliki kebebasan di dalam menentukan apa yang ingin dilakukan atau tidak," papar Habsari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com