KOMPAS.com - Gunung Tangkuban Parahu kembali mengalami erupsi pada Jumat (26/7/2019) pukul 15.48 WIB. Adapun tinggi kolom abu mencapai kurang lebih 200 meter di atas puncak atau sekitar 2.284 meter di atas permukaan air laut.
Sebelum ini, Gunung Tangkuban Parahu pernah mengalami beberapa erupsi.
Catatan tertua yang dimiliki Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) adalah erupai 190 tahun lalu.
Berikut rincian tahun erupsi Gunung Tangkuban Parahu:
Baca juga: Tangkuban Parahu Erupsi, Hingga Saat Ini Masih di Level I Normal
Pada 1829, Gunung Tangkuban Parahu terus-menerus mengalami letusan abu dan batu dari Kawah Ratu dan Kawah Domas.
Seorang ahli vulkanologi dari Padang menulis keterangan bahwa letusannya bersifat eksplosif normal dan hanya terjadi di Kawah Ratu.
Seabad kemudian pada 1929, terjadi letusan lumpur dalam Kawah Ecoma. Saat itu tinggi semburan lumpur mencapai 10 meter.
Dalam catatan ahli vulkanologi Padang itu, disebutkan bahwa letusan yang terjadi sebagai letusan freatik. Jenis letusan yang sama seperti kemarin.
Pada 1935, terjadi kenaikan Kawah Ratu, yakni adanya sebuah celah di dasar Kawah Ratu sebelah baratlaut Kawah Ecoma selebar 1 meter dan panjang 50 meter.
"Di tahun yang sama pada tanggal 27 April (1935) muncul beberapa fumarola atau lubang pada kerak bumi yang mengeluarkan uap dan gas karbon dioksida, belerang dioksida, asam klorida, dan hidrogen sulfida di sebelah utara Kawah Badak," ungkap Kasbani, saat dihubungi Kompas.com pada Sabtu (27/7/2019).
Kemudian antara 1946-1947, adanya kenaikan kegiatan dalam Kawah Ratu, awan uap mencapai ketinggian sekitar 100 meter.
Pada 1952, muncul aktivitas dalam Kawah Ratu, bahkan tampak bara api pada kelompok fumarola.
Sementara, kondisi Kawah Ecoma nampak awan hitam mengepul dengan ketinggian mencapai sekitar 25 meter disertai hujan abu tipis di sebelah barat kawah.
Pada Januari 1957, terjadi lubang letusan baru dalam Kawah Baru.
Pada 1960, terasa kenaikan aktivitas dalam Kawah Ratu, timbul perluasan tembuan fumarola. Di kondisi inilah permulaan lubang letusan 1 Mei.
Pada 1969, terjadi kembali kenaikan aktivitas dalam Kawah Ratu. Akibatnya hujan abu mencapai perkebunan teh sebelah utara Gunung Tangkuban Parahu.
Pada 1982, Gunung Tangkuban Parahu mendapat peningkatan di Kawah Ratu disertai letusan abu di sekitar kawah.
Pada 1996, adanya peningkatan aktivitas gunung di Kawah Ratu dan terjadi letusan di sekitar kawah.
Selain itu, Kepala PVMBG, Kasbani mengungkapkan bahwa pada tahun 2005 dan 2013 Gunung Tangkuban Parahu juga mengalami letusan.
Diketahui, Gunung Tangkuban Parahu meletus sebanyak 12-13 kali, 3 kali letusan di antaranya tergolong letusan freatik.
Baca juga: Tangkuban Parahu Erupsi, Ahli Sayangkan Aktivitas Wisata Terlalu Dekat
"Tercatat pada 2013, juga pernah terjadi letusan freatik," ujar Kasbani.
Pada 2019, Gunung Tangkuban Parahu kembali erupsi dan terekam dalam seismograf dengan amplitudo maksimum 30 milimeter dan durasi lebih kurang 5 menit 30 detik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.