Dilansir dari Hello Sehat, organ jantung dan hati mampu menghasilkan suhu panas dalam tubuh.
Namun, jika manusia berada dalam ruangan dingin, kinerja jantung dan hati dalam menghasilkan suhu tubuh menjadi menurun.
Hal ini berdampak pada perlindungan untuk menjaga suhu panas tubuh dan otak berkurang, bahkan bisa terhenti.
Pada kondisi suhu tubuh rendah, beberapa fungsi tubuh juga mengalami penurunan, seperti memperlambat aktivitas otak, pernafasan, dan detak jantung.
Dengan demikian, hipotermia dikategorikan sebagai kondisi medis berbahaya dan harus lekas ditangani.
Ketika menjumpai pendaki yang mengalami hipotermia, tidak perlu panik, namun segeralah melakukan pertolongan agar kondisi tidak semakin memburuk.
Metode skin to skin
Salah satu tindakan pertolongan bisa dengan metode "skin to skin" atau cara menghangatkan tubuh seseorang dengan kulit yang menyentuh kulit korban hipotermia.
Baca juga: Viral, Bagaimana Skin to Skin yang Benar untuk Atasi Hipotermia?
Kepala Bagian Humas Badan SAR Nasional (Basarnas), Suhri Sinaga menyampaikan bahwa metode ini dilakukan dengan cara saling berpelukan tanpa memakai pakaian di dalam sleeping bag agar suhu tubuh kembali normal.
Cara ini dilakukan dengan mempertimbangan kedua orang atau lebih memiliki jenis kelamin yang sama atau pasangan suami-istri, agar tidak terjadi tindakan asusila.
Jika tidak ada sleeping bag, bisa menggunakan selimut, terutama untuk menghangatkan bagian dada dan kepala korban terlebih dahulu.
Apabila korban hipotermia mengenakan pakaian yang basah, maka baju pendaki itu harus dilepas dan diganti dengan pakaian kering.
Baca juga: Tips untuk Pendaki agar Tak Terserang Hipotermia
Selain itu, penanganan korban hipotermia bisa juga dengan memberi makanan atau minuman hangat, ketika kondisi tubuh korban mampu membuka mulut atau sudah tidak kaku.
Cara lain yang bisa dilakukan, seperti memindahkan korban hipotermia ke ruangan kering dan hangat dengan gerakan pelan agar tidak memicu detak jantung yang tidak teratur.
Korban tidak sadarkan diri