3. Gempa Bali 1976
"Gempa Bali 14 Juli 1976 berkekuatan M 6,5 populer disebut sebagai Gempa Seririt," papar Daryono.
"Gempa yang dipicu oleh aktivitas sesar ini menyebabkan kerusakan parah di Buleleng dan Negara," imbuhnya.
Menurut catatan BMKG, sebanyak 573 orang meninggal dunia di Buleleng, Jembrana, dan Tabanan. Sementara 4.000 orang lainnya luka-luka dan sekitar 450.000 orang kehilangan tempat tinggal.
"Gempa ini dilaporkan memicu tsunami kecil di pantai utara Bali," kata Daryono.
Baca juga: Gempa Hari Ini: Selain di Bali, 3 Guncangan Terjadi di Maluku Utara
Sementara itu, keberadaan zona subduksi lempeng di selatan Bali juga bertanggung jawab terhadap sejumlah gempa kuat di Bali yang diantaranya diikuti tsunami. Beberapa gempa yang berkaitan dengan aktivitas subduksi lempeng adalah gempa Bali 1917, 2011, dan 2019.
1. Gempa 1917
Gempa yang mengguncang Bali pada 21 Januari 1917 itu memiliki episenter yang terletak di sebelah tenggara Pulau Bali.
"Gempa ini menyebabkan longsoran yang hebat di berbagai tempat di Bali. Sekitar 80 persen dari jumlah korban gempa diakibatkan oleh longsoran," kata Daryono.
Pria asal Semarang itu menyebut bahwa dalam buku “Pura Besakih”, Fox (2010) menceritakan bahwa gempa ini menelan korban jiwa sebanyak 1.500 orang meninggal, merusak 64.000 rumah termasuk istana, 10.000 lumbung beras, dan 2.431 Pura, termasuk Pura Besakih.
Masyarakat Bali menjuluki lindu tersbeut sebagai “Gejer Bali” yang artinya “Bali Berguncang”.
"Menurut Soloviev and Go (1974), gempa ini memicu tsunami di Klungkung dan Benoa dengan tinggi mencapai 2 meter," tegas Daryono.
2. Gempa 2011
Bali diguncang lindu berkekuatan M 6,8 pada 13 Oktober 2011. Episenter gempa ini terletak di 143 km arah Barat Daya Nusa Dua.
"Gempa ini dirasakan di berbagai daerah seperti Mataram, Malang, dan Yogyakarta. Akibat gempa ini beberapa rumah di Bali mengalami kerusakan hingga tingkat sedang," kata Daryono.