Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bali Diguncang M 5,8 Selasa Pagi, Ini Riwayat Gempa di Pulau Dewata

KOMPAS.com - Sebuah gempa kuat mengguncang Bali kemarin, Selasa (16/07/2019). Kekuatan gempa kemarin pagi itu cukup signifikan dan membuat sejumlah kerusakan di Pulau Dewata.

Selain gempa bermagnitudo 5,8 kemarin, sejumlah lindu dengan kekuatan signifikan pernah menggetarkan Bali. Bahkan, beberapa di antaranya sempat memicu tsunami.

Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono membeberkan sejumlah riwayat gempa di Bali.

"Berdasarkan catatan sejarah, wilayah Bali dan sekitarnya dikenal sebagai kawasan yang sering dilanda gempa bumi. Distribusi pusat gempa tersebar di sebelah selatan dan utara Pulau Bali," ungkap Daryono.

"Gempa-gempa dangkal sebagian besar terkonsentrasi di selatan Pulau Bali hingga batas pertemuan lempeng. Pusat gempa dangkal juga tersebar di daratan Bali dan di sebelah utara Bali yang disebabkan oleh aktivitas sesar aktif," sambungnya.

Menurut Daryono, wilayah Bali selain rawan gempa akibat aktivitas tumbukan lempeng, juga sangat rawan gempa akibat sesar aktif.

"Salah satunya adalah struktur sesar yang terbentuk akibat hujaman balik proses subduksi yaitu Sesar Naik Flores," kata Daryono.

Gempa Sesar Naik Flores

Daryono menyebut, keberadaan struktur geologi Sesar Naik Flores di timur laut Bali bertanggungjawab terhadap sejumlah gempa besar yang diikuti tsunami, seperti gempa Bali pada tahun 1815, 1857, dan1976.

1. Gempa dan Tsunami Bali 1815

Gempa yang terjadi pada 22 November 1815 itu barangkali sudah hampir sirna dari ingatan masyarakat Bali.

"Dalam katalog gempa periode 1538-1877 yang disusun Arthur Wichman (1918), disebutkan bahwa Gempa Bali 1815 diperkirakan memiliki magnitudo M 7,0 dan diikuti tsunami," ujar Daryono.

"Peristiwa bencana ini menelan korban jiwa ribuan orang," tambahnya.

2. Gempa Bali 1857

Pada tanggal 13 Mei 1857 wilayah Bali Utara kembali diguncang gempa berkekuatan M 7,0.

"Gempa kuat dengan episenter di laut ini dilaporkan memicu tsunami yang menyebabkan sebayak 36 orang meninggal dunia," tutur Daryono.

3. Gempa Bali 1976

"Gempa Bali 14 Juli 1976 berkekuatan M 6,5 populer disebut sebagai Gempa Seririt," papar Daryono.

"Gempa yang dipicu oleh aktivitas sesar ini menyebabkan kerusakan parah di Buleleng dan Negara," imbuhnya.

Menurut catatan BMKG, sebanyak 573 orang meninggal dunia di Buleleng, Jembrana, dan Tabanan. Sementara 4.000 orang lainnya luka-luka dan sekitar 450.000 orang kehilangan tempat tinggal.

"Gempa ini dilaporkan memicu tsunami kecil di pantai utara Bali," kata Daryono.

Gempa Selatan Bali

Sementara itu, keberadaan zona subduksi lempeng di selatan Bali juga bertanggung jawab terhadap sejumlah gempa kuat di Bali yang diantaranya diikuti tsunami. Beberapa gempa yang berkaitan dengan aktivitas subduksi lempeng adalah gempa Bali 1917, 2011, dan 2019.

1. Gempa 1917

Gempa yang mengguncang Bali pada 21 Januari 1917 itu memiliki episenter yang terletak di sebelah tenggara Pulau Bali.

"Gempa ini menyebabkan longsoran yang hebat di berbagai tempat di Bali. Sekitar 80 persen dari jumlah korban gempa diakibatkan oleh longsoran," kata Daryono.

Pria asal Semarang itu menyebut bahwa dalam buku “Pura Besakih”, Fox (2010) menceritakan bahwa gempa ini menelan korban jiwa sebanyak 1.500 orang meninggal, merusak 64.000 rumah termasuk istana, 10.000 lumbung beras, dan 2.431 Pura, termasuk Pura Besakih.

Masyarakat Bali menjuluki lindu tersbeut sebagai “Gejer Bali” yang artinya “Bali Berguncang”.

"Menurut Soloviev and Go (1974), gempa ini memicu tsunami di Klungkung dan Benoa dengan tinggi mencapai 2 meter," tegas Daryono.

2. Gempa 2011

Bali diguncang lindu berkekuatan M 6,8 pada 13 Oktober 2011. Episenter gempa ini terletak di 143 km arah Barat Daya Nusa Dua.

"Gempa ini dirasakan di berbagai daerah seperti Mataram, Malang, dan Yogyakarta. Akibat gempa ini beberapa rumah di Bali mengalami kerusakan hingga tingkat sedang," kata Daryono.

"Selain di Bali, gempa ini juga merusak rumah di Jember, Banyuwangi, dan Lumajang. Gempa ini melukai puluhan orang di Denpasar, Kuta, dan Nusa Dua," sambungnya.

3. Gempa 2019

Kemarin pagi, gempa selatan Bali berkekuatan M 6,0, yang kemudian dimutakhirkan menjadi M 5,8.

"Gempa ini merupakan bagian dari rangkaian gempa Bali akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia di zona Benioff bagian atas," ujar Daryono.

"Gempa ini merusak 2 gedung sekolah di Jembrana, satu rumah roboh dan 1 rumah rusak di Buleleng, Kantor DPRD Gianyar, Pura Lokanatha Lumintang di Denpasar; dan kerusakan beberapa gedung sekolah, hotel, dan fasilitas umum," tambahnya.

Upaya Mitigasi

Daryono mengatakan, bagi masyarakat Bali, kondisi alam yang rawan ini adalah sesuatu yang harus diterima sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, semua itu adalah risiko yang harus dihadapi sebagai penduduk yang tinggal di batas pertemuan lempeng tektonik.

"Upaya strategis yang perlu dilakukan adalah meningkatkan dan mengembangkan kapasitas masyarakat dan lembaga terkait terkait mitigasi bencana," ucap Daryono.

Menurutnya, aspek sosiokultural yang berada dalam rantai peringatan dini di bagian hilir yang berhubungan langsung dengan masyarakat juga perlu ditopang dengan penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam merespons informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami.

"Ini penting untuk menyiapkan masyarakat kita agar lebih mampu dalam mencegah dan mengurangi risiko bencana, serta dalam merespon dengan cepat dan tepat setiap ada peringatan dini tsunami yang dikeluarkan BMKG," pungkasnya.

https://sains.kompas.com/read/2019/07/17/120435123/bali-diguncang-m-58-selasa-pagi-ini-riwayat-gempa-di-pulau-dewata

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke