Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hiburan Televisi Tak Berkualiltas Bikin Orang Pilih Pemimpin Populis

Kompas.com - 10/07/2019, 12:07 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Paparan hiburan televisi yang tidak berkualitas membuat orang kurang menjadi warga negara yang baik, kurang cerdas, dan lebih berpotensi memilih pemimpin populis. Kesimpulan ini diungkap sekelompok peneliti dari Spanyol, Italia, dan Inggris.

Penelitian yang baru diterbitkan di American Economic Journal ini mengamati pengaruh program televisi terhadap pilihan politik masyarakat.

Para peneliti secara spesifik menganalisis acara-acara televisi yang tayang di era Silvio Berlusconi. Mereka juga mengukur kemampuan menghitung, menulis, dan membaca dan mengaitkannya dengan pilihan politik individu serta ketertarikan akan politik.

Berlusconi adalah mantan Perdana Menteri Italia yang menjabat tiga periode. Ia juga merupakan pengusaha media.

Saat pertama kali Berlusconi memenangkan pemilu pada 1994, kantong suaranya adalah daerah-daerah yang mendapat siaran televisinya.

Model budaya, hiburan ringan, sinetron dan iklan tertentu dinilai sama seperti berita televisi. Semuanya punya pengaruh pada perilaku individu.

Baca juga: Kenapa Sih Kita Mudah Marah kalau Membahas Politik?

Berlusconi dan partainya Forza Italia cenderung populis sebagai politik berhaluan sayap kanan. Meskipun suara untuk Forza Italia menyusut, orang yang dulu mencoblosnya pada dekade 1990-an kini memilih Five Star Movement (M5S).

"M5S yang sebenarnya berhaluan kiri, sama dengan Forza Italia karena retorika-retorikanya populis," kata Ruben Durante, sang peneliti seperti dikutip dari Deutsche Welle.

Televisi swasta dilarang di Italia pada 1976. Namun Mediaset milik Berlusconi adalah perusahaan pertama yang mengakali larangan itu melalui kerja sama sindikasi dengan siaran lokal.

Para peneliti menemukan bahwa dibandingkan dengan saluran pemerintah RAI yang berisi berita dan pendidikan, Mediaset tak punya program berita hingga akhir dekade '90-an. Mediaset hanya menayangkan hiburan receh dan film tak bermutu berdasarkan kritik dan klasifikasi.

Baca juga: Kemenangan Trump, Bukti Efektifnya Politik Menakuti-Nakuti

Jangkauan tayangan Mediaset kemudian dicocokkan dengan hasil pemilu di seluruh Italia.

"Temuan kita menyimpulkan bahwa paparan terhadap hiburan televisi sejak dini bisa membuat individu punya pemikiran dan budaya dangkal. Dengan demikian, mereka lebih mudah termakan retorika populis," ujar Durante.

Retorika populis yang diimaksud tak melulu politik berhaluan kanan. Namun, politik dengan ideologi dan haluan apapun yang populis juga bisa mempengaruhi individu.

Paparan terhadap program populis ini juga tak mengenal usia. Baik terpapar sejak usia dini maupun ketika tua, pesan-pesan populis bisa mempengaruhi pola pikir dan kecerdasan.

"Untuk individu yang terpapar tayangan Mediaset sejak kecil, kami menemukan bahwa hiburan televisi punya pengaruh buruk pada kemampuan kognitif ketika dewasa. Mereka juga menunjukkan kewarganegaraan yang lebih rendah," kata Durante.

Menurut Durante, kesimpulan ini juga kemungkinan ditemukan di negara-negara lain di luar Italia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau