KOMPAS.com - Kabar meninggalnya Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menyisakan duka bagi banyak orang. Tak terkecuali para ahli kebencanaan yang sering berhubungan dengan Sutopo.
Bagi banyak ahli kebencanaan, pak Topo, panggilan akrabnya, telah banyak menginspirasi terutama terkait komunikasi kebencanaan.
Kompas.com menghimpun beberapa kesan dan kenangan tentang Pak Topo dari beberapa ahli kebencanaan.
Baca juga: Belajar dari Kasus Sutopo, Adakah Beda Batuk Kanker Paru dengan Lainnya?
Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG ini merupakan salah satu kolega akran Sutopo. Perkenalan mereka bermula saat terjadinya gempa M 7,3 di Jawa Barat pada 2009 silam.
"Kami sama-sama melakukan survei kerusakan dampak gempa. Saat itu saya mewakili Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Pusat Studi Bencana PSBA UGM, karena saat itu saya sedang menempuh Studi Program Doktor di UGM," ujar Daryono.
Saat itu, Sutopo mewakili Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
"Dari percakapan singkat saya dengan Beliau di lokasi gempa, saya sudah menangkap bahwa beliau sangat menguasai konsep manajemen bencana," kenang Daryono.
"Satu hal yang sangat saya suka dari beliau adalah Pak Sutopo sangat humoris dan selalu menggunakan bahasa sederhana yang mudah dipahami saat menjelaskan hal rumit," sambungnya.
Pasca survei tersebut, Daryono dan Sutopo sering bertemu ketika keduanya diundang menjadi narasumber. Hal ini membuat Daryono menjadi akrab dengan Sutopo.
"Bagi saya Pak Topo adalah mentor yang cemerlang dan sangat menginspirasi," tegas Daryono.
Baca juga: Pak Topo adalah Mentor…
Surono, atau kerap disapa Mbah Rono, adalah salah satu ahli vulkanologi yang cukup akrab dengan Sutopo. Saat dihubungi Kompas.com, Minggu (07/07/2019), dia menyampaikan rasa duka cita atas wafatnya Sutopo.
"Turut berduka cita atas wafatnya Bpk Dr. Sutopo Purwo Nugroho, semoga arwah beliau diterina disisiNya, keluarga yg ditinggalkan mendapat kekuatan lahir dan batin," kata Surono melalui pesan singkat.
Menurut Mbah Rono, Sutopo adalah rekan setia dalam diskusi.
"Terakhir kita diskusi intensif hampir satu tahun penuh dari Oktober 2017 hingga Oktober 2018, tentang aktivitas Gunung Agung, Kabupaten Karangasem, Bali," uujar Surono.
"Relawan bencana, para pengabdi kemanusiaan di bidang kebencanaan (ahli dan praktisi) kehilangan pahlawan sejati dalam kebencanaan," imbuhnya.
Surono bahkan menceritakan bagaimana kebiasaan mereka berkirim pesan, tak terkecuali pada hari ini.
"Seperti biasa saya share berita aktivitas gunung api, share terakhir tentang aktivitas G. Bromo, Tgl. 07-07-2019, pukul 03:01 WIB via WA Almarhum namun hanya satu contreng, sepertinya HP Almarhum sudah tidak aktif," tutur Surono.
"Selamat jalan kawan, kiranya Tuhan memberikan jalan yang terang dan memberikan tempat di sisiNya," pungkasnya.
Baca juga: Mengenal Faktor Risiko Kanker Paru lewat Kasus Humas BNPB Sutopo
Ahli kebencanaan lain yang turut merasa kehilangan sosok Sutopo adalah Widjo Kongko. Ahli tsunami di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) itu merasa kehilangan kolega yang menginspirasi.
"Saya merasa kehilangan kolega yang begitu gigih, berdedikasi, dan menginspirasi," kata Widjo saat dihubungi melalui pesan singkat, Minggu (07/07/2019).
"Beliau inspirator, semoga ada pelanjut-pelanjut beliau di masa datang," imbuhnya.
Widjo juga menjelaskan bagaimana inspirasi yang datang dari sosok Sutopo.
"Bencana dan kebencanaan bukan hanya masalah informasi yang tepat dan akurat tetapi ada unsur literasi dengan bahasa yang mudah dipahami publik dan media," papar Widjo.
"Dan beliau (Sutopo) selama ini mencoba hadir mengisi kekosongan itu," tegasnya.
Di akhir pesannya pada Kompas.com, Widjo menuliskan, "Selamat jalan, husnul khatimah mas Topo, aamiin Ya Robbal Alamin."
Baca juga: Sulitnya Deteksi Kanker Paru seperti Diderita Kepala Humas BNPB Sutopo
Kesan inspirasi serupa juga diungkapkan oleh ahli gempa dari Institut Teknologi Bandung, Irwan Meilano. Menurut Irwan, keahlian Sutopo mengolah informasi kebencanaan dari data para ahli ke bahasa yang lebih mudah dipahami publik menjadi inpirasi besar.
Irwan juga menuturkan bagaimana interaksinya dengan Sutopo hingga inspirasi yang diberikannya.
"Saya secara pribadi sudah mengenal beliau (Sutopo) sebelum beliau masuk ke BNPB. Sejak tahun 2009, ketika beliau masih di BPPT, kami sudah berinteraksi terkait beberapa studi kebencanaan," kenang Irwan.
"Kemudian bertemu lebih intens ketika tahun 2011, mungkin beliau sudah di BNPB. Beliau memberikan support, waktu itu kami hendak membuat program pascasarjana kebencanaan di ITB," sambungnya.
Tak sekadar support, menurut Irwan, Sutopo juga membantu komunikasi kebencanaan dari peneliti kepada masyarakat.
"Sejak itu kami banyak terlibat bersama karena Pak Sutopo adalah sosok yang banyak membantu kami, sebagai peneliti, untuk menterjemahkan informasi riset yang kami dapatkan ke masyarakat dan media," papar Irwan.
"Jadi, sebagai peneliti beliau paham betul bahasa penelitian di ITB dan juga beliau memiliki kemampuan yang tidak kami punya, yaitu diseminasi informasi kebencanaan," tambahnya.
Baca juga: Sutopo BNPB Bicara Kanker, Istri Indro Warkop, Kematian, hingga Raisa
Hal inilah yang membuat Irwan merasa kehilangan sosok Sutopo.
"Kehilangan seseorang yang kemudian mengerti apa yang kami kerjakan dan kemudian menyampaikan dengan jauh lebih baik kepada masyarakat, komunitas, media, dan pengambil kebijakan yang lain," kata Irwan.
"Nah ini yang sebetulnya kita sangat kehilangan beliau," imbuhnya.
Kemampuan Sutopo ini kemudian menginspirasi ITB untuk membuat mata kuliah khusus di program studi tersebut.
"Tadi saya cerita bahwa kita menginisiasi prodi bencana. Sekarang prodi itu sudah jadi opsi tentang kebencanaan. Dan ada salah satu topik kebencanaan (perkuliahan) itu kami menyebutnya diseminasi informasi bencana," kata Irwan.
"Itu (diseminasi informasi bencana) sebenarnya terinspirasi kemampuan beliau. Kami merasakan bidang itu perlu ada, memang kita perlu orang yang memahami komunikasi bencana tidak hanya dalam konteks riset," tambahnya.
Irwan menegaskan, hasil riset kebencanaan tidak akan banyak berarti jika tidak ada orang seperti Sutopo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.