Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penemuan yang Mengubah Dunia: Karet Gelang, dari Pengikat Kertas Jadi Permainan

Kompas.com - 04/07/2019, 21:11 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Murah, kuat, dan elastis adalah berbagai sifat yang bisa kita lihat dari karet gelang. Karena sifatnya ini, karet gelang digunakan dalam berbagai keperluan.

Mulai dari mengikat nasi bungkus, mengikat rambut, hingga jadi senjata saat bermain dengan teman sebaya. Bisa dikatakan, karet gelang sulit dipisahkan dari kehidupan manusia.

Sebenarnya, karet sudah dikenal selama berabad-abad lalu. Meski begitu, keberadaan karet gelang baru muncul dua abad silam.

Perjalanan dari karet menjadi karet gelang sendiri cukup panjang. Bermula dari masyarakat Mesoamerika (suku Aztec, Olmec, dan Maya) tiga ribu tahun lalu.

Baca juga: Permen Karet Berusia 10.000 Tahun Ungkap Sejarah Migrasi Manusia

Masyarakan Mesoamerika mulai membuat karet dari campuran getah putih dari pohon Havea brasiliensis (atau sekarang dikenal sebagai pohon karet Para).

Cairan getah tersebut diolah bersama tanaman rambat morning glory menjadi zat padat, yang secara mengejutkan, cukup kokoh. Zat padat itu digunakan dalam berbagai keperluan masyarakat saat itu seperti membuat bola atau perhiasan.

Ketika penjelajah Spanyol tiba di Amerika Selatan pada abad ke-16, mereka terpesona dengan getah elastis dan lunak ini.

Pada 1736, beberapa gulungan karet dikirim ke Perancis. Ini mendandai masuknya karet di daratan Eropa.

Selanjutnya yang terjadi adalah beberapa ahli kemudian membuat teknologi dengan karet. Sebut saja Joseph Priestley yang membuat penghapus tanda pensil menggunakan karet pada 1770.

Tahun 1819, kegunaan karet meluas memasuki berbagai sisi kehidupan. Adalah Thomas Hancock dari Inggris yang mengembangkan karet untuk suspender, sarung tangan, sepatu, stoking, hingga kaus kaki.

Hancock adalah orang yang ada di balik penemuan karet gelang. Sekitar tahun 1820, dia menciptakan gelang karet.

Hanya saja, pada waktu itu, karet gelang buatan Hancock belum divulkanisasi sehingga akan melunak pada hari yang panas dan mengeras pada cuaca dingin.

Teknik vulkanisasi sendiri baru ditemukan oleh Charles Goodyear pada 1840-an. Goodyear menciptakan teknik ini untuk memanfaatkan karet untuk industri automobil.

Hancock dengan cepat mengeksploitasi teknik ciptaan Goodyear tersebut. Dia menyebut bahwa vulkanisasi menghilangkan ketergantungan suhu pada perilaku karet.

Meski menjadi pencipta karet gelang, Hancock bukanlah orang yang mematenkannya. Paten karet gelang dilakukan oleh Stephen Perry dari Messrs Perry & Co, produsen karet London pada 1845.

Baca juga: Terobosan Baru, Sepatu Kets dari Daur Ulang Permen Karet

Saat itu, kegunaan utama dari karet gelang adalah memastikan tumpukan kertas tetap terjaga menjadi satu. Fungsi ini lebih banyak digunakan untuk urusan pabrik dan gudang, bukan rumah tangga.

Penggunakan karet gelang untuk rumah tangga baru dimulai tahun 1923 oleh William Spencer di Ohio, AS. Saat itu, dia menggunakan karet gelang untuk mengikat surat kabar yang dilemparkan ke halaman rumput miliknya.

Spencer memanfaatkan bekas potongan dari pabrik roda di sekitar rumahnya. Dia memotong potongan karet itu secara melingkar dan mulai membungkus koran dengan benda itu.

Karet gelang buatan Spencer ini kemudian digandrungi banyak orang hingga dia membuat pabrik karet gelang.

Hingga kini, karet gelang masih terus digunakan oleh masyarakat di penjuru dunia. Di Indonesia, kita sering melihat nasi bungkus yang diikat dengan karet gelang.

Bagi perempuan, keberadaan karet gelang jadi penting untuk memastikan rambut panjang mereka tetap rapi dan tidak mudah terbang.

Anak-anak menggunakan karet gelang untuk bermain dengan teman sebayanya dalam berbagai jenis permainan seperti lompat tali, pistol karet gelang, atau simpul karet.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau