Setelah mengamati perilaku pasangan pada burung dan mamalia, Fisher mendapat petunjuk bahwa penyebabnya, setidaknya secara biologis, mungkin ada pada pola reproduksi alami yang diturunkan oleh nenek moyang.
Dia menemukan bahwa ketika risiko kematian anak menurun, kemungkinan untuk bercerai pun meningkat. Dengan kata lain, pasangan orangtua yang tidak berbahagia mungkin merasa lebih bebas untuk keluar dari pernikahan ketika anak-anaknya telah mampu bertahan hidup atau dirawat oleh anggota keluarga lain hingga dewasa.
Tahun 9-15: risiko rendah
Sebuah analisis dari Marriage Foundation yang didasarkan pada Statistik Nasional Inggris Raya menemukan bahwa pasangan yang berhasil mencapai usia pernikahan 10 tahun akan mengalami penurunan risiko perceraian dari tahun ke tahun.
Menurut Lisa Helfend Meyer, pakar Hukum Keluarga, hal ini mungkin dikarenakan oleh ekspektasi hubungan yang menjadi semakin realistis dari tahun ke tahun. Selain itu memasuki tahun ke-10, perceraian juga menjadi sangat berat secara biaya dan emosi bagi pasangan.
Baca juga: Bagaimana Pernikahan Ubah Kesehatan Fisik dan Mental, Menurut Sains
Tahun 16-20: risiko menengah
Belakangan, Anda mungkin menemukan bahwa perceraian pada usia 50-an menjadi semakin umum. Hal ini bukan cuma dugaan Anda saja. Seperti the seven-year itch, fenomena ini juga mulai diamati oleh para peneliti dan bahkan diberi nama “grey divorce” atau perceraian abu-abu.
Istilah grey divorce pertama kali diperkenalkan oleh Susan Brown dari Bowling Green State University dalam The Journals of Gerontology series B pada tahun 2012 yang mendapati bahwa angka perceraian pada orang-orang AS yang berusia di atas 50 tahun menjadi dua kali lipat antara tahun 1990-2010.
Fenomena ini bisa jadi karena kemungkinan untuk berselingkuh menjadi paling tinggi ketika pria dan wanita berusia di atas 55 tahun, menurut studi yang dilaksanakan oleh General Social Survey.
Selain itu, bisa jadi pasangan yang bercerai ketika sudah berusia 50 tahun telah lama ingin melakukannya, tetapi merasa berkewajiban untuk mempertahankannya selama bertahun-tahun walaupun mereka tidak bahagia.
“Banyak orang bilang, ‘Aku telah tidak bahagia seumur hidupku, aku tidak mau menghabiskan sisa waktuku dengan tidak bahagia’,” ujar Kessler.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.