Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Salah, Ular Bisa Berjalan Lurus Seperti Kereta

Kompas.com - 16/06/2019, 20:08 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com – Pada awal bulan lalu, akun Telefashion di Facebook mengunggah berbagai foto-foto yang disertai pertanyaan “Kenapa tidak lurus saja?”. Unggahan tersebut lantas mendapat banyak reaksi dan komentar dari netizen, serta masih sering dibagikan hingga hari ini.

Salah satu yang ikut dipertanyakan oleh Telefashion adalah foto seekor ular. Foto itu telah dikomentari 443 kali oleh netizen. Beberapa menganggap bahwa ular memang tidak bisa bergerak lurus karena tidak punya kaki.

Namun, nyatanya ular punya empat cara untuk bergerak dan salah satunya lurus seperti kereta.

Serpentine adalah yang biasa kita lihat dan ditampilkan di foto oleh Telefashion. Gerakan ini digunakan ketika ular melalui bidang terbuka yang kasar atau sedang melalui air.

Lalu, ada concertina di mana ular menarik tubuhnya hingga tertekuk dan meluruskan tubuhnya untuk bergerak maju.

Ada juga sidewinding, di mana ular membuat gelombang ke samping dan atas-bawah. Gerakan ini membantu ular untuk bergerak cepat sambil mengurangi kontak langsung dengan tanah sehingga cocok digunakan oleh spesies padang gurun.

Baca juga: Jangan Remehkan Tupai, Mereka Bisa Makan Ular Hidup-hidup

Nah, yang terakhir adalah rectilinear di mana ular bergerak lurus dengan sedikit gerakan ke samping meneyerupai kereta.

Menurut pakar biologi dari Universitas Cincinnati, Bruce Jayne, yang mempelajari mekanika gerakan ular, rectilinear digunakan ketika ular berada di tempat sempit, seperti liang.

“Ini adalah gerakan yang sangat bagus untuk bergerak di tempat sempit dan tertutup. Banyak ular berbadan berat yang menggunakan lokomosi ini: beludak, boa pembelit, anakonda dan piton,” ujarnya, seperti dilansir dari siaran pers resmi Universitas Cincinnati pada 2018.

Gerakan rectilinear pertama kali dipelajari oleh pakar biologi H.W. Lissman pada 1950. Pada saat itu, Lissman berhipotesis bahwa ular bergerak lurus dengan menggabungkan perutnya yang fleksibel dengan ototnya.

Jayne dan koleganya, Steven Newman, yang pada saat itu adalah mahasiswanya kemudian menguji hipotesis Lissman menggunakan kamera digital berdefinisi tinggi untuk merekam gerakan boa pembelit ketika bergerak lurus di lantai hutan.

Mereka juga merekam kejutan listrik yang dikeluarkan oleh otot ular tersebut untuk menghasilkan citra electromyogram yang menunjukkan koordinasi antara otot, kulit dan tubuh ular.

Baca juga: Mirip Karakter Dragon Ball, Ular Langka Ini Punya Mata Ketiga di Dahi

Hasilnya menunjukkan bahwa ketika ular bergerak lurus, kulit pada perutnya menjadi lebih tegang dibandingkan kulit di dada atau punggung. Sisik pada area perut kemudian bekerja seperti tapak ban yang memberikan daya tarik pada tanah, sementara otot menarik kerangka internal ular maju.

Gerakan ini bisa terjadi karena otot-otot ular teraktifkan dari kepala ke ekor secara berurutan.

Newman menjelaskan, kolom vertebral bergerak kedepan pada angka konstan. Satu set otot menarik kulit maju dan menjadi tertanam di tempat. Lalu otot antagonistik lawannya menarik kolom vertebral.

Meskipun lebih lambat dari ketiga gerakan lainnya, rectilinear memiliki keuntungan tersendiri. Seperti dijelaskan di atas, gerakan ini bisa digunakan oleh ular untuk masuk ke liang yang berukuran hampir sama dengan tubuhnya.

Dengan demikian, ular bisa berlindung dari predator atau kondisi lingkungan yang buruk, atau memburu hewan pengerat yang hidup di dalam tanah.

Di atas adalah video ular bergerak secara rectilinear:

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com