Kedua jerapah jantan akan berdiri berdampingan, mengayunkan bagian belakang kepala masing-masing untuk berduel dengan lawan.
Kalau manusia adu kepala bakal sakit dan mungkin membuat sangat pusing, tengkorak jerapah memiliki lapisan sangat tebal sehingga duel semacam ini tidak akan ada masalah untuk mereka.
Kepala jerapah bak palu super kuat yang bisa mematahkan tulang lawan.
Dengan demikian, memiliki leher yang panjang dan kuat akan memberikan keunggulan dalam duel tersebut.
Ahli juga menemukan, jerapah jantan dengan leher panjang tidak hanya cenderung menang lebih sering tapi juga lebih diminati jerapah betina.
Gagasan ini juga bisa menjelaskan mengapa bagian tubuh jerapah yang paling panjang adalah lehernya.
Para ahli berpikir, jika alasan leher jerapah panjang untuk mendapat makanan, bukankah seharusnya kaki jerapah juga memanjang? Namun hal ini tidak terjadi.
Baca juga: Serba Serbi Hewan, Kenapa Siput Punya 4 Hidung?
Simmons dan Altwegg, pendukung gagasan leher jerapah panjang untuk seks, menanggapi ketidakkonsistenan ini dengan menyatakan bahwa leher jerapah mungkin memanjang dalam upaya mencapai cabang-cabang yang lebih tinggi untuk mendapatkan makanan, tetapi kemudian, lehernya berkembang untuk tujuan kawin.
Setelah mencapai panjang tertentu, jerapah jantan bisa menggunakannya untuk bertarung dengan lawan dengan menggunakan leher dan pada saat itu seleksi seksual mengambil alih, mendorong leher panjang ekstrim mereka saat ini.
Untuk mendukung teori mereka, duo peneliti menunjuk ke sebuah penelitian yang dilakukan di The American Naturalist di Namibia. Studi ini menyimpulkan bahwa jerapah jantan memiliki leher lebih panjang dibanding betina, dengan massa tubuh yang sama.
Studi ini juga menemukan bahwa leher jerapah terus memanjang sepanjang hidup mereka hanya pada pejantan.
Meski demikian, teka-teki tentang leher panjang jerapah belum selesai. Masih diperlukan banyak penelitian untuk mencapai penjelasan yang tepat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.