Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Makanan Wajib Lebaran, Bagaimana Asal Usul Ketupat?

Kompas.com - 05/06/2019, 11:57 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Ketupat rasanya sudah menjadi hidangan wajib saat Lebaran. Disajikan dengan opor ayam, sambal kentang, dan tak lupa krupuk udang. Nyam!

Namun tahukah Anda, bagaimana kisahnya ketupat bisa menjadi semacam hidangan wajib Lebaran?

Angelina Rianti dan koleganya pernah mencatat asal usul ketupat dan filosofinya terkait tradisi Lebaran Indonesia dalam Journal of Ethnic Foods (Science Direct, Maret 2018). Menurut jurnal itu, ketupat dikenalkan pertama kali oleh Sunan Kalijaga pada abad ke-15 hingga awal ke-16.

Siapa Sunan Kalijaga? Dia adalah teolog dan satu dari sembilan Walisongo yang berperan besar dalam penyebaran agama Islam di Jawa.

Baca juga: Memahami Pentingnya Saling Memaafkan Saat Lebaran, Menurut Sains

Selama berdakwah di Demak, Sunan Kalijaga mengembangkan dua acara sesudah puasa Ramadhan, yaitu Bakda Lebaran serta Bakda Cilik atau Bakda Kupat. Bakda Lebaran dirayakan pada hari pertama Idul Fitri dengan berdoa dan silaturahmi. Bakda Kupat dirayakan sepekan berikutnya.

Acara "bakda" yang kedua ini sebenarnya berakar dari kebudayaan sebelumnya, tetapi diadaptasi oleh Sunan menjadi tradisi Islam di Jawa.

Dalam acara Bakda Kupat, hampir semua orang membuat makanan olahan beras yang kemudian diberi nama kupat atau ketupat. Mereka membuat anyaman segiempat wajik dari janur muda, mengisinya dengan beras, lalu mengukusnya dan mengeringkan. Makanan ini dibagikan pada kerabat dekat sebagai simbol kebersamaan dan saling berbagi.

Seiring berjalannya waktu, ketupat tak hanya menjadi tradisi masyarakat Jawa tapi menyebar ke negeri tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei. Hal ini beriringan dengan penyebaran agama Islam yang makin luas dan membawa salah satu tradisi budaya khas Indonesia, yakni menyajikan ketupat di hari raya Idul Fitri.

Filosofi ketupat

Secara filosofis, ketupat adalah simbol permintaan maaf dan berkah,yang mana dekat dengan makna Lebaran itu sendiri.

Beras dalam ketupat melambangkan nafsu. Salah satu versi sejarah meyakini bahwa janur merupakan singkatan dari jatining nur, ungkapan bahasa Jawa yang berarti hati nurani.

Dengan kata lain, ketupat merupakan perlambangan nafsu dan hati nurani. Manusia diharapkan mampu menahan nafsu dunia dengan hati nurani mereka.

Sementara itu, dalam bahasa Sunda, ketupat kerap disebut kupat. Orang Sunda percaya, ketupat mengingatkan manusia untuk tidak mengumpat atau berbicara hal buruk pada orang lain.

Dalam bahasa Jawa, ketupat juga menjadi semacam frasa yang merujuk ke ungkapan ngaku lepat atau mengaku salah. Ada pesan tersirat yang menganjurkan manusia untuk meminta maaf saat melakukan kesalahan.

Perilaku ini telah menjadi kebiasaan atau tradisi pada Syawal atau Idul Fitri pertama, dan akhir bulan puasa ditandai dengan makan ketupat bersama dengan beberapa lauk. Ketupat digunakan sebagai simbol pengakuan bagi Tuhan dan manusia.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau