Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mudik, Mari Merunut Kembali Sejarah Asal Nama Lamongan

Kompas.com - 01/06/2019, 18:02 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Arus mudik telah mencapai puncaknya dalam beberapa hari terakhir. Di antara banyak tujuan dari para pemudik, kota Lamongan menjadi salah satunya.

Namun, selain bersilaturahmi dengan keluarga saat lebaran, ada baiknya kita juga mengenal bagaimana sejarah kota Lamongan.

Terlebih lagi, ketika berbicara tentang tradisi lebaran, kota yang berjarak 50 km sebelah barat Surabaya ini menyimpan banyak sejarah Islam. Tak terkecuali dari asal nama Lamongan sendiri.

Merunut sejarah kota Lamongan harus berbicara mengenai salah satu Wali Songo, yaitu Sunan Giri.

Baca juga: Mudik ke Solo, Mari Menelusuri Asal Nama Kota Surakarta Ini

Menjelang keruntuhan Kerajaan Majapahit, sekitar 1543 M, wilayah Lamongan termasuk dalam kekuasaan Kasunanan Giri. Seperti namanya tentu kita sudah bisa menebak siapa penguasa kerajaan tersebut, bukan?

Ya, penguasanya adalah Sunan Giri. Seperti kerajaan lainnya, tampuk kepemimpinan Kasunanan Giri juga diturunkan pada garis keturunan.

Raja yang berkuasa di Kasunanan Giri kemudian berhak menyandang nama baru sebagai Sunan Giri.

Setelah Sunan Giri I wafat, dia digantikan anaknya yang kemudian berjuluk Sunan Giri II. Selain mengurus kerajaan, visi dari Sunan Giri adalah menyebarkan agama Islam.

Untuk bisa menyebarkan agama Islam lebih luas lagi, Sunan Giri II mengutus muridnya yang bernama Hadi. Hadi diminta untuk menyebarkan Islam di wilayah Kasunanan sebelah barat yang masih banyak penduduk bergama Hindu.

Selain masalah beragama, Hadi juga ditugasi untuk menyusun masyarakat dan pemerintahan yang bersendikan agama Islam.

Mendapat tugas tersebut, Hadi beserta rombongan kemudian menyusuri sebuah sungai besar yang bersumber dari Gunung Pandan dan bermuara di Laut Gresik.

Rombongan tersebut sampai di sebuah desa. Di sana, hadi kemudian menyebarkan agama Islam dan membentuk susunan pemerintahan baru.

Hal ini membuat desa tersebut menjadi berkembang pesat.

Meski begitu, Sunan Giri II merasa muridnya tersebut masih bisa berkembang lebih banyak lagi. Hadi kemudian diminta kembali.

Baca juga: Mudik ke Garut, Bagaimana Sih Asal Nama Kota Dodol Ini?

Sesampainya di Kasunanan Giri, saat ini wilayah Gresik, Hadi mendapat pangkat baru dengan gelar Rangga. Pangkat tersebut memungkinkan Hadi untuk memimpin pemerintahan di tempat yang baru.

Setelah dilantik menjadi Rangga Hadi, dia kemudian diminta mencari daerah bernama Kenduruan.

Rangga Hadi kemudian berangkat mencari wilayah yang dimaksud. Dia kembali ke daerah yang didatanginya pertama kali lalu berjalan ke utara.

Di utara, dia menemukan sebuah wilayah yang tandus dan sedang mengalami kekeringan. Merasa harus membantu warga di wilayah itu, Rangga Hadi mengirim utusan ke Sunan Giri II untuk memberi bantuan.

Ketika utusan itu kembali, dia justru membawa seperangkat tombak bernama 'Cis'. Tombek itu kemudian ditancapkan dan menyemburkan air.

Warga yang melihat keajaiban itu kemudian menaruh kepercayaan pada Rangga Hadi dan memeluk Islam. Di sana, Rangga Hadi juga membentuk pemerintahan.

Namun, karena wilayah tersebut bukan tujuan utamanya, rombongan Rangga Hadi melanjutkan perjalanan ke arah timur. Di wilayah ketiga ini, Rangga Hadi juga kembali berhadapan dengan bencana kekeringan.

Seperti sebelumnya, dia menancapkan tombak dan atas kuasa Tuhan, air memancar di wilayah itu. Warga sekitar kemudian juga menaruh hormat pada Rangga Hadi dan memeluk Islam.

Rangga Hadi kemudian melanjutkan perjalanan ke arah utara hingga sampai di wilayah tujuannya, yaitu Kenduruan.

Tak berbeda dengan wilayah-wilayah sebelumnya, Rangga Hadi mampu mengajak warga memeluk Islam tanpa kesulitan berarti. Dia juga membentuk pemerintahan dan fasilitas keagamaan di wilayah tersebut.

Baca juga: Mudik Sambil Belajar Sejarah Penamaan Kota Cirebon

Keempat wilayah itu sekarang termasuk dalam area kabupaten Lamongan.

Nama Lamongan sendiri juga didapatkan dari nama Rangga Hadi. Nama yang dimaksud berasal dari sifat kepemimpinannya yang mampu membina, mengarahkan, membimbing, dan melayani rakyat atau dalam bahasa Jawa disebut ngemong.

Dari sifat tersebut, Rangga Hadi mendapat julukan sebagai Mbah Lamong.

Hal itu membuat wilayah yang dipimpin oleh Mbah Lamong kemudian disebut dengan Lamongan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau