Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Anda Dilarang Buka Jendela Saat Macet Mudik Nanti

Kompas.com - 28/05/2019, 18:35 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com – Menjelang lebaran ini, banyak orang Indonesia sudah bersiap-siap untuk mudik ke kampung halaman tercinta.

PT Jasa Marga (Persero) Tbk memprediksi puncak arus mudik akan terjadi pada Jumat (31/5/2019) ini dengan volume kendaraan yang meninggalkan Jakarta melalui Gerbang Tol Cikampek Utama meningkat 181 persen dibanding lalu lintas normal.

Jika Anda dan keluarga termasuk yang akan mudik pada tanggal tersebut, maka ada satu hal yang patut diingat: Jangan pernah membuka jendela saat terjebak kemacetan atau berhenti di lampu lalu lintas.

Memang, ketika terjebak macet selama berjam-jam yang melelahkan, timbul keinginan untuk membuka jendela atau bahkan pintu dan merenggangkan kaki.

Baca juga: Mudik Sambil Belajar Sejarah Penamaan Kota Cirebon

Namun, studi menunjukkan bahwa mobil-mobil dengan jendela terbuka yang menunggu di kemacetan atau lampu merah mengandung 40 persen lebih banyak partikel polusi udara dibanding mobil yang bergerak lancar.

Bahkan, studi yang dipimpin oleh Dr Prashant Kumar dari University of Surrey, Inggris, ini menemukan bahwa konsentrasi partikel pada perempatan bisa mencapai 29 kali lipat dibanding jalanan yang lancar.

Dikombinasikan dengan pergerakan mobil yang lambat, 25 persen paparan partikel berbahaya ketika berkendara pun terjadi saat pengemudi berhenti di perempatan atau terjebak kemacetan.

Solusinya

Untungnya, Dr Kumar dan kolega telah menemukan solusinya.

Para peneliti mengukur tingkat polusi partikel (particulate matter) dalam mobil yang bergerak sejauh enam kilometer dan melalui 10 lampu lalu lintas. Pengukuran ini dilakukan ketika mobil berhenti di pertigaan atau perempatan. Setelah itu, hasilnya dibandingkan dengan tingkat polusi yang dialami oleh pejalan kaki ketika melalui lampu lalu lintas yang sama.

Pengukuran tingkat polusi partikel ini dilakukan lima kali dengan lima pengaturan ventilasi yang berbeda.

Baca juga: Tips Simpel Saat Mudik: Cara Tidur Nyenyak di Pesawat Kelas Ekonomi

Hasilnya menunjukkan bahwa sistem ventilasi mobil cukup efisien untuk menyaring partikel kasar di udara, tetapi tidak dengan partikel halus. Padahal, jumlah partikel halus meningkat ketika partikel kasar menurun.

Tingkat polusi dalam mobil memuncak ketika kipas angin dinyalakan dan jendela ditutup saat berhenti di lampu lalu lintas. Pada momen tersebut, tingkat polusi dalam mobil bahkan sampai tujuh kali lipat dari yang dialami pejalan kaki di lampu lalu lintas yang sama.

Sebaliknya, mobil dengan jendela yang tertutup dan kipas angin yang mati bisa mengurangi paparan polusi udara hingga 76 persen.

Menurut para peneliti, bila Anda merasa kepanasan, tetapi di luar sedang macet; maka cara terbaik adalah menyalakan AC mobil agar udara bersirkulasi secara internal. Dengan demikian, polusi dari luar dapat dicegah masuk ke dalam mobil.

Selain itu, Dr Kumar juga menyarankan untuk menambah jarak antar mobil sebagai upaya mengurangi risiko paparan polusi ketika berhenti di kemacetan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com