KOMPAS.com – Matahari merupakan sumber energi terbesar yang dimiliki tata surya kita, termasuk bagi Bumi. Bukan hanya dimanfaatkan sebagai pengisi daya panel surya, energi matahari juga dimanfaatkan tumbuhan untuk melakukan fotosintesis, yang kemudian mendorong serangkaian proses siklus energi lain yang berjalan setiap saat di Bumi.
Selain itu, matahari juga merupakan dapur atom, di mana setiap saatnya terjadi reaksi fusi nuklir yang dihasilkan oleh tabrakan atom-atom di dalam tubuh sang surya. Hal inilah yang menghasilkan energi dan kemudian dilepaskan ke seantero tata surya kita.
Reaksi fusi nuklir ini pula yang mendorong para ilmuwan untuk mengamati aktivitas matahari serta perilaku materi di sekitarnya.
Dengan menggunakan teloskop radio dan kamera ultraviolet yang terpasang pada properti NASA, peneliti mengamati material eksotis yang disebut plasma.
Baca juga: Sisa Radioaktif Bom Nuklir Ditemukan di Palung Terdalam Lautan
Plasma merupakan wujud keempat materi selain padat, cair, dan gas, yang selama ini belum banyak dipahami sifatnya.
Meski kita menjumpai sebagian besar materi dalam keseharian dalam bentuk padat, cair, atau gas; justru jumlah materi terbanyak di alam semesta adalah plasma. Sayangnya, plasma merupakan wujud material langka di Bumi.
Plasma dapat diumpamakan sebagai wujud yang dinamis, mirip cairan, namun tidak stabil dan memilki muatan listrik. Layaknya gas, plasma tidak memiliki bentuk atau volume tetap, namun dapat membentuk pancaran dan lapisan jika dipengaruhi medan elektromagnet.
Petir adalah fenomena plasma yang paling umum dijumpai di Bumi.
Namun, plasma yang dijumpai di permukaan Matahari memiliki sifat khusus, karena terjadi pada suhu ekstrim yang sangat tinggi.
Para ilmuwan mempelajari plasma matahari dengan tujuan untuk mengembangkan energi nuklir yang efisien dan aman untuk digunakan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.