Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sisa Radioaktif Bom Nuklir Ditemukan di Palung Terdalam Lautan

Kompas.com - 13/05/2019, 18:02 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber The Week

KOMPAS.com - Para ilmuwan menemukan jejak karbon radioaktif di dasar lautan. Sisa radioaktif ini diperkirakan berasal dari uji coba bom nuklir pada abad ke-20.

Sebenarnya, karbon radioaktif ini dilepaskan ke atmosfer. Meski begitu, jejaknya ternyata telah memasuki dasar laut paling dalam di lautan, yaitu palung Mariana.

Kabar buruknya lagi, organisme yang hidup di palung itu juga telah terpapar pada molekul tubuhnya sejal tahun 1950-an. Bahkan, mereka mewariskan jejak ini pada generasi berikutnya.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Geophysical Research Lettes ini menjelaskan bahwa sisa-sisa karbon radioaktif memasuki dasar lautan melalui rantai makanan di palung terdalam lautan itu.

Baca juga: Anggur di California Terpapar Partikel Radioaktif Fukushima, Kok Bisa?

Krustasea yang menangkap sisa-sisa bom nuklir dari permukaan laut menjadi makanan organik bagi organisme lebih besar yang juga menghuni lautan lebih dalam.

"Meskipun sirkulasi laut membutuhkan ratusan tahun untuk membawa air yang mengandung karbon bom ke palung terdalam, rantai makanan membuat sisa radioaktif mencapai dasar lautan jauh lebih cepat," ungkap Ning Wang, ahli geokimia yang terlibat studi ini dikutip dari The Week, Jumat (10/05/2019).

Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas manusia di daratan bahkan mempengaruhi makhluk hidup di lautan paling dalam.

"Ada interaksi yang sangat kuat antara permukaan dan dasar, dalam hal sistem biologis, dan aktivitas manusia dapat memengaruhi sistem biologis bahkan hingga 11.000 meter, jadi kita perlu berhati-hati tentang perilaku masa depan kita," kata Weidong Sun, ahli geokimia di Akademi Ilmu Pengetahuan China.

"Ini tidak diharapkan, tetapi bisa dimengerti, karena (masuknya karbon radioaktif) dikendalikan oleh rantai makanan," kata Sun.

Para peneliti juga menyebut, hasil ini membantu para ilmuwan lebih memahami bagaimana makhluk beradaptasi untuk hidup di lingkungan miskin nutrisi di laut dalam.

Krustasea yang mereka pelajari hidup untuk waktu yang lama dan secara tak terduga memiliki metabolisme yang sangat lambat. Tim menduga mungkin hal itu merupakan adaptasi para krustasea untuk bisa hidup di lingkungan yang ekstrem.

Sebagai informasi, sisa radioaktif yang ditemukan adalah karbon-14. Senyawa itu adalah karbon radioaktif yang dibuat secara alami ketika sinar kosmik berinteraksi dengan nitrogen di atmosfer.

Tes senjata termonuklir yang dilakukan selama tahun 1950-an dan 1960-an menggandakan jumlah karbon-14 di atmosfer ketika neutron yang dilepaskan dari bom bereaksi dengan nitrogen di udara.

Tingkat "bom karbon" ini memuncak pada pertengahan 1960-an dan kemudian turun ketika tes nuklir atmosfer berhenti. Pada 1990-an, tingkat karbon-14 di atmosfer telah turun menjadi sekitar 20 persen di atas tingkat pra-tes mereka.

Karbon bom ini dengan cepat jatuh dari atmosfer dan bercampur ke permukaan laut.

Organisme laut yang telah hidup dalam dekade sejak saat ini telah menggunakan bom karbon untuk membangun molekul di dalam sel mereka. Para ilmuwan telah melihat peningkatan kadar karbon-14 dalam organisme laut sejak tak lama setelah uji bom dimulai.

Baca juga: Awan Radioaktif Selimuti Eropa, Adakah Hubungannya dengan Rusia?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau