Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rancang Beras Berprotein Hewani, Pelajar Indonesia Catatkan Prestasi

Kompas.com - 23/05/2019, 18:06 WIB
Julio Subagio,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Saat ini, tingkat konsumsi daging masyarakat Indonesia termasuk dalam tingkat terendah di dunia. Dalam kurun waktu satu tahun, masyarakat Indonesia hanya mengonsumsi sekitar lima kilogram daging saja.

Meski beberapa tahun belakangan konsumsi daging semakin meningkat, terutama daging ayam, namun hal ini masih jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan negara lainnya.

Hal ini ditenggarai merupakan akibat dari keterbatasan pendapatan per kapita, terutama bagi kalangan yang kurang mampu.

Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, Michaela Samanta, siswi SMAK Penabur Gading Serpong melakukan penelitian untuk mengembangkan teknologi rekayasa genetika yang mampu menghasilkan beras dengan7 protein hewani.

“Tidak semua orang memiliki akses terhadap makanan yang tinggi protein, karena faktor geografis, kondisi ekonomi, alergi, atau gaya hidup. Oleh karena itu, saya ingin menghasilkan suatu makanan tinggi protein dari makanan sehari-hari yang murah dan gampang didapat,” papar Michaela saat dihubungi oleh Kompas.com, Senin (20/5/2019).

Michaela menjelaskan bahwa beras dipilih karena telah dikonsumsi secara umum oleh mayoritas populasi dunia sebagai makanan pokok. Selain itu, database terkait informasi genetiknya sangat lengkap dan mudah diakses karena sudah diteliti secara menyeluruh sebelumnya.

Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengatasi masalah kekurangan nutrisi serta meningkatkan kesetaraan pangan bagi seluruh kalangan masyarakat.

Baca juga: Peneliti Temukan Cara Jadikan Beras Sebagai Pencegah HIV

Metode yang digunakan

Secara sederhana, penelitian ini dilakukan dengan cara memasukkan gen asing yang dapat menghasilkan protein hewani, carnosine, pada tanaman padi, sehingga beras yang dihasilkan dapat mengandung carnosine tersebut.

Adapun gen yang diinsersi adalah gen yang terlibat dalam biosintesis carnosine pada hewan, antara lain B-alanine pyruvate transaminase gene, c-gene, dan carnosine synthase gene.

Hal ini dilakukan lewat serangkaian proses, mulai dari isolasi gen, pembuatan vektor dan kloning, dilanjutkan dengan transformasi tanaman menggunakan Agrobacterium sehingga dapat menghasilkan tanaman padi transgenik yang dapat memproduksi beras dengan kandungan carnosine.

Saat ini, proyek ini berfokus pada analisis komputasional dan konstruksi metode yang diperlukan untuk mengembangkan tanaman transgenik tersebut, seperti konstruksi primer dan plasmid, analisis promoter, analisis bias kodon, serta pemodelan dan simulasi digital.

Hal ini bertujuan untuk dapat menciptakan konstruksi yang efisien dan efektif, sehingga nantinya beras dapat mengandung carnosine dalam jumlah tinggi tanpa mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman itu sendiri.

Penghargaan dan harapan penelitian lanjutan

Lewat penelitian ini, Michaela berhasil mendapatkan Second Award Patent and Treadmark Office Society dengan judul karya ilmiah, C-Rice: Computational and Experimental Design Development of Transgenic Rice di ajang Intel International Science and Engineering Fair (ISEF) 2019 yang diselenggarakan di Phoenix, Arizona.

Michaela Samanta, peraih Second Award Patent and Treadmark Office Society dalam ajang Intel ISEF 2019 Michaela Samanta, peraih Second Award Patent and Treadmark Office Society dalam ajang Intel ISEF 2019

Lewat penghargaan ini, Michaela berharap agar pencapaiannya dapat memberikan ide dan semangat bagi para peneliti muda lainnya untuk dapat berkarya.

“Banyak masalah yang bisa dilihat di kehidupan sehari-hari yang bisa diatasi melalui solusi pemikiran-pemikiran kreatif anak Indonesia,” tuturnya.

Sementara itu, penelitian ini juga akan dikembangkan untuk meningkatkan efisiensinya sebelum direalisasikan lebih lanjut.

“Untuk sementara, penelitian ini akan saya improve lebih lanjut di bidang metode dan cost supression. Saya berharap beras ini dapat terealisasikan dan membantu orang banyak,” tutupnya.  

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Mengapa Pria Lebih Cepat Berlari Dibanding Perempuan? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Mengapa Pria Lebih Cepat Berlari Dibanding Perempuan? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Oh Begitu
Misteri Jejak “Hobbit” Purba di Sulawesi: Siapa Pembuat Alat Batu Berusia 1,4 Juta Tahun?
Misteri Jejak “Hobbit” Purba di Sulawesi: Siapa Pembuat Alat Batu Berusia 1,4 Juta Tahun?
Kita
Manfaat Peluk Pohon dalam Forest Bathing: Redakan Stres dan Pulihkan Jiwa
Manfaat Peluk Pohon dalam Forest Bathing: Redakan Stres dan Pulihkan Jiwa
Kita
Bersepeda Pangkas Risiko Kanker dan Penyakit Jantung hingga 50 Persen
Bersepeda Pangkas Risiko Kanker dan Penyakit Jantung hingga 50 Persen
Kita
Susu Kecoa, Superfood Masa Depan yang Mengalahkan Susu Sapi?
Susu Kecoa, Superfood Masa Depan yang Mengalahkan Susu Sapi?
Fenomena
Aroma Surga dari Tanah Tandus: Mengapa Kemenyan dan Mawar Lebih Wangi di Lingkungan Ekstrem?
Aroma Surga dari Tanah Tandus: Mengapa Kemenyan dan Mawar Lebih Wangi di Lingkungan Ekstrem?
Fenomena
Kemenyan Indonesia Berpotensi Jadi Bahan Parfum Premium Dunia
Kemenyan Indonesia Berpotensi Jadi Bahan Parfum Premium Dunia
Oh Begitu
Potensi Sesar Aktif Ditemukan di Semarang, Demak, dan Kendal: Ancaman Tersembunyi di Tengah Kota
Potensi Sesar Aktif Ditemukan di Semarang, Demak, dan Kendal: Ancaman Tersembunyi di Tengah Kota
Fenomena
Penelitian: Tujuh Makanan yang Membantu Perkuat Daya Tahan Tubuh
Penelitian: Tujuh Makanan yang Membantu Perkuat Daya Tahan Tubuh
Kita
Pakar IPB: Badak Jawa Hanya Tersisa 87-100 Ekor di Ujung Kulon
Pakar IPB: Badak Jawa Hanya Tersisa 87-100 Ekor di Ujung Kulon
Oh Begitu
Jejak Manusia Purba di Sulawesi Ternyata Lebih Tua dari yang Diduga
Jejak Manusia Purba di Sulawesi Ternyata Lebih Tua dari yang Diduga
Oh Begitu
Ayam Warna-Warni: Fakta Mengejutkan di Balik Bulu Indah dan Lucu
Ayam Warna-Warni: Fakta Mengejutkan di Balik Bulu Indah dan Lucu
Oh Begitu
Mengapa Kita Makin Sering Bertemu Ular Piton? Ini Penjelasan Pakar IPB
Mengapa Kita Makin Sering Bertemu Ular Piton? Ini Penjelasan Pakar IPB
Oh Begitu
Wudingloong wui, Dinosaurus Tertua di Asia Timur Ditemukan di China
Wudingloong wui, Dinosaurus Tertua di Asia Timur Ditemukan di China
Fenomena
Dua Bintang Jadi Penyebab Bentuk Tak Biasa Nebula NGC 6072
Dua Bintang Jadi Penyebab Bentuk Tak Biasa Nebula NGC 6072
Fenomena
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau