Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atasi "Biofouling", Pelajar Indonesia Raih Penghargaan Internasional

Kompas.com - 23/05/2019, 03:55 WIB
Julio Subagio,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pernahkah anda mengamati penempelan hewan pada lambung kapal laut? Hewan seperti kerang, teritip, kijing, dan siput dapat menempel pada lambung kapal atau struktur lain di sekitar pelabuhan, sehingga membentuk kerak yang sulit untuk dibersihkan.

Kondisi ini dinamakan biofouling, yang memiliki dampak sangat merugikan. Sebab, selain merusak struktur secara fisik, akumulasi hewan ini juga dapat memperlambat laju kapal karena menambah bobot kapal serta gaya geseknya dengan air.

Akibatnya, kapal memerlukan bahan bakar lebih banyak untuk mencapai kecepatan normal untuk mengompensasi keberadaan kerak tersebut.

Permasalahan ini menginspirasi dua pelajar asal Indonesia untuk mencari bahan yang dapat mengatasinya.

I Made Wiratathya Putramas dan Carolline Mathilda Nggebu, dua pelajar SMA Negeri 3 Denpasar, mengembangkan cat antifouling, yang dapat mencegah penempelan hewan pada kapal. Cat ini berbahan dasar ekstrak daun yang diperoleh dari dua spesies tumbuhan mangrove, Rhizophora apiculata dan Sonneratia alba.

Baca juga: Kisah Mangrove Jakarta dan Burungnya yang Nyaris Tinggal Cerita

“Awalnya, kenapa kita pilih mangrove, karena kita tahu, di mana penyakitnya pasti di situ obatnya. Karena ini masalah laut pasti obatnya dari laut juga, dan kami dapat akhirnya dari mangrove," papar I Made Wiratathya Putramas, yang akrab disapa Dera, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (21/5/2019).

"Dari sumber-sumber yang kami baca, jurnal dan artikel, kedua jenis itu yang paling berpotensi karena mengandung senyawa-senyawa aktif yang diperlukan untuk mencegah biofouling,” imbuhnya.

Dera juga menjelaskan bahwa kedua spesies mangrove ini keberadaannya sangat melimpah dan mudah dijumpai di pesisir pantai Bali.

Metode pembuatan dan hasil pengujian

Proses pembuatan cat antifouling ini terdiri dari beberapa tahapan.

Tahapan pertama adalah pengoleksian daun dari kedua spesies mangrove, dilanjutkan dengan maserasi (pengekstrakan senyawa aktif dari sampel) menggunakan tiga pelarut organik yang berbeda, yaitu n-heksana, isopropil alkohol, dan metanol.

Selanjutnya dilakukan serangkaian pengujian terhadap senyawa aktif tersebut, antara lain uji fitokimia, analisis Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), dan analisis Gas Chromatography Mass Spectrometer (GCMS).

Setelahnya, dilakukan pengujian pengaruh ekstrak bahan aktif terhadap kemampuan microfouling bakteri Pseudomonas aeruginosa dan juga macrofouling siput laut Littorina scutulata. Bahan aktif ini kemudian diformulasikan sebagai campuran cat, yang kemudian dilakukan uji lapangan akan penggunaannya secara langsung pada kapal laut.

Hasilnya, terlihat bahwa ekstrak kedua tanaman mangrove memiliki kemampuan untuk menghambat penempelan organisme, baik microfouler seperti bakteri, maupun macrofouler seperti siput laut.

Hal ini karena pada kedua daun tanaman mangrove tersebut, terdapat senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, quinone, dan triterpenoid yang melindungi permukaan kapal dari penumpukan bakteri yang dapat mengakibatkan penimbunan organisme lainnya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau