Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Orangtua Ajak Anak Nonton Kerusuhan, Begini Dampak Buruknya

Kompas.com - 23/05/2019, 15:15 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com — Sebelum akses internet dibatasi penggunaannya oleh pemerintah, banyak foto yang menggambarkan situasi aksi 22 Mei di Jakarta.

Dari sekian banyak foto beredar, beberapa menunjukkan keberadaan anak-anak di lokasi kejadian. Anak-anak ini sebagian besar berada di dekat orangtua dan tampak seperti sengaja menonton aksi 22 Mei.

Beberapa orang mengkhawatirkan keselamatan anak tersebut dan mempertanyakan mengapa orangtua membiarkan anak menonton situasi genting seperti ini.

Menanggapi fenomena tersebut, Rizqy Amelia Zein, seorang dosen psikolog sosial di Universitas Airlangga, melihat ada dua fenomena yang perlu disoroti.

Baca juga: Wiranto Benar, Media Sosial Memang Bisa Mengeskalasi Kerusuhan 22 Mei

Pertama tentang perilaku menonton hal menegangkan dan kedua terkait dampak jangka panjang pada anak-anak yang diajak menonton peristiwa rusuh seperti aksi 22 Mei.

Perempuan yang akrab disapa Amel itu menerangkan, ada seorang psikiater Swiss bernama Carl Jung yang memiliki teori menarik berkaitan dengan kepribadian manusia.

Seperti pernah dibahas dalam artikel sebelumnya, Jung mengungkap bahwa kepribadian manusia terdiri dari beberapa lapisan, di mana lapisan terluar bernama persona dan paling dalam bernama the self.

Di antara lapisan persona dan the self ada lapisan kepribadian bernama anima dan shadow.

Elemen shadow inilah yang menjelaskan kenapa manusia tertarik dengan hal-hal ganjil yang mengerikan dan tidak masuk akal, termasuk suka menonton film horor atau film triller, atau suka melihat hal menegangkan secara langsung.

"Misalnya rela pergi jauh untuk bisa selfie di lokasi bencana. Jika ada kecelakaan bukannya menolong, melainkan berhenti untuk menonton, dan termasuk menonton kerusuhan seperti (aksi 22 Mei) kemarin," papar Amel saat dihubungi Kompas.com, Kamis (23/5/2019).

"Jadi pada dasarnya kita menyukai hal-hal ganjil dan tidak menyenangkan. Tapi dengan menonton, kita bisa menikmati tanpa harus menderita," kata dia.

Ini artinya, ketika kita melihat sesuatu yang menyeramkan, secara tidak langsung muncul kepuasan di dalam diri meski tidak merasakan secara langsung.

"Ini memang mengganggu secara sosial. Apalagi saat kondisi kerusuhan kemarin, itu sangat membahayakan penontonnya. Bayangkan saja kalau ada peluru nyasar, itu berbahaya sekali," kata Amel.

Amel melihat, orang yang suka menonton hal-hal menyeramkan secara langsung sering kali menomorduakan keselamatan diri sendiri dan orang lain yang ikut diajak menonton, terutama anak kecil.

Dampak untuk anak kecil

Trauma berkepanjangan. Ini adalah salah satu dampak jangka panjang bagi anak-anak yang menonton peristiwa menyeramkan di masa kecil, apalagi jika hal itu dilihat secara langsung.

Menurut Amel, anak-anak merupakan pengingat dan pengamat yang sangat baik.

"Mungkin orangtuanya enggak sadar bahwa anak-anak akan merekam kejadian itu dengan sangat luar biasa, akan melekat di ingatannya. Apalagi, hal-hal negatif cenderung kita ingat daripada hal-hal positif," ujar Amel.

Berbeda dengan orang dewasa yang mengerti bahwa peristiwa kerusuhan adalah hal negatif, anak-anak cenderung sulit memproses dan mengartikan sebuah peristiwa. Apa yang dilihat oleh anak, itulah yang mereka ingat.

"Karena kemampuan mereka mengartikan emosi juga masih terbatas, anak kecil sebaiknya jangan diberikan kesempatan untuk melihat hal-hal ekstrem karena mereka akan susah mengartikan apa yang dilihat dan itu akan dimaknai negatif sama anak," ujar Amel.

Hal yang mengkhawatirkan lainnya, menurut Amel, anak-anak bisa saja menganggap hal ekstrem yang dilihat adalah hal lumrah karena mereka mendapat "izin" dari orangtua untuk melihatnya.

"Bisa saja, saat sudah dewasa mereka menganggap bahwa menyelesaikan masalah dengan memukul orang selesai," kata dia.

Baca juga: Demi Kesehatan, Berhentilah Terus Menerus Mencari Informasi Terkini

Oleh karena itu, Amel berpesan untuk menjauhkan anak dari hal-hal mengerikan seperti kejadian kecelakaan atau kerusuhan.

"Meski orangtua tidak terlalu aware apa yang dilihat anak, itu akan berdampak di masa depan, setidaknya pikirkan keselamatan anak," kata Amel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com