Mengingat ikan-ikan itu tinggal di laut dalam, tidak mungkin melakukan penelitian di daratan untuk mengetahui bagaimana ikan berperilaku di laut dalam.
Jika ikan dibawa ke permukaan, pasti spesies ikan laut dalam akan segera mati karena perubahan tekanan.
"Bahkan jika mereka muncul ke permukaan air laut, tidak menjamin ikan-ikan itu akan berperilaku sama seperti ketika di kedalaman laut," ujar Musilova.
Meski demikian, para ahli dapat meneliti retina ikan hasil tangkapan mereka. Mereka menemukan, ikan spinyfin perak hanya menggunakan 14 dari 38 gen RH1.
Para peneliti memasukan berbagai gen RH1 spinyfin perak ke bakteri tertentu yang bisa memproduksi opsin ikan.
Tes fungsi opsin menunjukkan, ikan spinyfin perak berpotensi menangkap cahaya siang yang sangat redup dan juga melihat berbagai cahaya biru atau hijau dari makhluk bioluminescent hidup.
Baca juga: Bertulang Lunak, Ikan Ini Tunjukkan Adaptasi Hidup di Habitat Ekstrem
"Secara keseluruhan, penulis sangat berhati-hati untuk tidak mengklaim bahwa ikan laut dalam dapat melihat warna", kata Almut Kelber dari Lund University di Swedia, yang telah mempelajari penglihatan warna cahaya rendah pada katak.
Hasil studi ini misalnya, tidak mengatakan apakah opsins RHI yang berbeda mengelompok dalam sel batang individu atau tersebar, dengan sel batang yang berbeda membawa opsins yang berbeda.
Untuk membedakan warna, opsins batang harus dalam sel yang berbeda. Tetapi jika protein menggumpal di setiap batang, maka ikan mungkin hanya memiliki kepekaan yang meningkat terhadap cahaya dan bisa memilih benda yang lebih redup dalam nuansa hitam dan putih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.