Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tulang Anak Anjing di Makam China Kuno Buktikan Ritual Kurban

Kompas.com - 09/05/2019, 14:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com — Manusia dan anjing dikenal bersahabat sejak ribuan tahun lalu. Beberapa tradisi di masa lalu, anjing bahkan ikut dikubur bersama pemiliknya.

Setidaknya tradisi itu dimiliki oleh orang China kuno yang hidup di masa pemerintahan Dinasti Shang dari 1702 SM hingga 1027 SM, tepatnya di Zaman Perunggu.

Dalam literatur terbaru yang terbit di jurnal Archeological Research in Asia awal tahun ini disebutkan bahwa pada masa itu semua penduduk di bawah pemerintahan Dinasti Shang dikubur bersama anjing, entah mereka orang kaya atau miskin.

"Namun, yang mengejutkan, sebagian besar 'anjing penjaga' ini merupakan anak anjing," ujar Roderick Campbell, seorang arkeolog dari Universitas New York, dilansir Live Science, Selasa (7/5/2019).

Baca juga: Ingin dapat Pengakuan, China Segera Dirikan Stasiun Riset di Bulan

Selain menelusuri literatur arkeologi, Campbell dan timnya juga menyelidiki 2.000 kuburan kuno di situs Xiaomintun, timur laut China. Di sana mereka menemukan, sepertiga kuburan tak hanya berisi tulang belulang manusia, tapi juga anak anjing.

Kemudian dalam satu penemuan di kota kuno Zhengzhou, para arkeolog menemukan delapan lubang tertara rapi berisi 92 anjing yang diikat dan beberapa di antaranya dikubur hidup-hidup.

Spekulasi awal menyebut, anjing yang ikut dikubur kemungkinan besar adalah hewan peliharaan selama mendiang pemiliknya hidup.

Namun, jika anjing yang ikut dikubur adalah hewan peliharaan semasa hidup, bukankah seharusnya anjing yang ditemukan memiliki usia yang beragam?

Dari pertanyaan tersebut para ahli kemudian menduga bahwa hal ini merupakan upacara ritual kurban.

Campbell mengatakan, anjing telah digunakan dalam ritual di China sejak 9.000 tahun lalu. Hal ini dibuktikan dengan temuan di permukiman Neolitik Jiahu.

Selain anjing, babi juga biasanya dikurbankan oleh orang China kuno. Namun, selama Zaman Perunggu, hewan yang lebih sering dikurbankan adalah domba, kambing, atau sapi. Hal ini diduga ada kaitannya dengan masuknya hubungan dagang dengan Eurasia barat ke dataran tengah China.

Baca juga: Demi Pertahanan Militer, China Perluas Riset ke Perairan Papua Niugini

Khusus untuk anjing, prasasti pada tulang oracle menunjukkan bahwa anjing terus dikurbankan untuk para dewa langit. Campbell menduga, hal ini karena anjing adalah alternatif hewan kurban yang lebih mungkin dijangkau masyarakat kurang mampu.

Selain itu, anjing berusia muda yang kebanyakan dipilih mungkin karena harganya di pasaran lebih murah dibandingkan anjing tua.

"Jika seseorang memilih anjing tua, mereka harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk upacara ritual," kata Angela Perri, peneliti postdoctoral di bidang arkeologi Universitas Durham, Inggris, kepada Scientific American yang tidak terlibat dalam penelitian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau