Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingin dapat Pengakuan, China Segera Dirikan Stasiun Riset di Bulan

Kompas.com - 25/04/2019, 18:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber PHYSORG, Xinhua


KOMPAS.com - Setelah menjadi negara pertama yang menjelajah sisi jauh bulan, kini China berencana mengirim misi berawak ke bulan dan membangun stasiun penelitian di sana. Misi ini dijadwalkan akan selesai dalam satu dasawarsa.

Misi ambisius ini dilakukan China agar mereka semakin diakui sebagai negara adidaya di bidang astronomi.

"Saat ini kami berencana membangun stasiun penelitian di kutub selatan bulan dalam 10 tahun ke depan," ujar kepala Administrasi Antariksa Nasional China Zhang Kejian seperti dilansir Xinhua.

Pada kesempatan yang sama, Kejian juga menginformasikan bahwa China memiliki beberapa misi luar angkasa yang akan diluncurkan dalam waktu dekat.

Baca juga: Matahari Buatan Bikinan China Bakal Selesai Tahun Ini

Misi yang dimaksud antara lain meluncurkan wahana penyelidikan ke Mars pada 2020 dan meluncurkan misi tak berawak Chang'e-5 untuk mengeksplorasi bulan, akhir tahun ini.

Misi Chang'e-5 awalnya dijadwalkan berangkat untuk mengumpulkan sampel bulan pada 2017. Namun karena ada masalah pada roket pembawa Long March 5 Y2, misi itu harus diundur.

Agar misi Chang'e-5 bisa tetap berangkat awal 2020, China akan mengganti roket pembawanya dengan Long March-5B.

Selain itu, China juga tengah mempersiapkan diri agar bisa meluncurkan stasiun luar angkasanya ke orbit pada 2022.

Stasiun luar angkasa yang diberi nama Tiangong - berarti Istana Surgawi - diprediksi akan menggantikan peran Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) yang pensiun 2024.

Tak berhenti sampai di situ, melansir phys.org Rabu (24/4/2019), China juga berencana meluncurkan misi untuk mengeksplorasi asteroid dan mengundang kolaborator untuk melakukan penyelidikan bersama.

Baca juga: Di Balik Tiangong-1, Ada Ambisi China Membangun Istana Antariksa

Demi memenuhi dan mewujudkan semua rencana itu, di tahun 2017 China telah menggelontorkan anggaran sekitar 8,4 miliar dollar AS atau lebih dari Rp 119 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau