KOMPAS.com - Beberapa hari lagi, umat Islam akan menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Untuk menentukan hari pertama bulan Ramadhan, biasanya Kementerian Agama, BMKG, LAPAN, dan berbagai pihak terkait akan mengadakan sidang isbat.
Bagian terpenting dalam sidang isbat adalah pemantauan hilal. Hilal atau bulan sabit muda pertama merupakan tanda dari permulaan bulan dalam kalender Islam.
Seperti definisi di atas, hilal merupakan salah satu fase bulan. Hal ini berarti, hilal juga seperti bulan purnama atau gerhana bulan yang bisa dihitung dan diperkirakan dengan metode astronomi masa kini.
Lalu, apakah hilal untuk bulan Ramadhan tahun ini juga bisa dihitung?
Baca juga: Jelang Ramadhan, Bagaimana Harus Mempersiapkan Tubuh untuk Puasa?
Untuk menjawab pertanyaan ini, Kompas.com menghubungi Rukman Nugraha, peneliti muda BMKG.
Menurut Rukman, karena hilal adalah salah satu fase bulan maka secara umum proses penghitungannya sama saja.
"Mungkin perbedaan mendasarnya adalah Hilal itu dihitung pada saat Matahari terbenam hingga bulan terbenam," ujar Rukman melalui pesan singkat.
"Sementara fase-fase lain, utamanya fase bulan baru, fase setengah purnama awal, fase purnama, dan fase setengah purnama akhir waktunya tidak tetap, bisa pagi, siang,atau malam," imbuhnya.
Rukman menyebut saat ini, perhitungan posisi hilal sudah sedemikian akurat, hingga orde titik busur.
"Sebagai catatan sati detik busur itu adalah ukuran satu derajat dibagi oleh angka 3600. Karena itu, dapat dikatakan, prediksi posisi hilal secara astronomis sangatlah akurat," tutur Rukman
Meski begitu, Rukman juga menjelaskan ada setidaknya 5 hal yang perlu kita pahami untuk bisa menghitung data hilal.
Pertama, kita perlu tahu tentang waktu fase bulan baru atau juga dikenal sebagai fase konjungsi atau ijtima'.
Kedua, hilal juga dipengaruhi oleh waktu terbenam matahari dan bulan di lokasi yang dihitung.
"(Ketiga), informasi astronomis hilal pada saat matahari terbenam (hingga saat bulan terbenam). Informasi astronomis yang dimaksud adalah tinggi hilal, elongasi, umur bulan, lag, dan fraksi illuminasi bulan," kata Rukman.
Keempat, Perbandingan antara data yang dihitung tersebut dengan kriteria visibilitas Hilal yang digunakan di Indonesia.
Baca juga: Hingga 2021, Awal Puasa dan Ramadhan Seragam di Seluruh Indonesia