Merencanakan Diet Saat Puasa
Diet di sini bukan berarti diet konotasi penurunan berat badan tetapi merencanakan asupan makanan sehingga gula darah tetap terkontrol.
Saud mengungkapkan, perencanaan perlu agar fluktuasi gula darah tidak terlalu tinggi. Fluktuasi ini bisa terjadi antara waktu sesaat sebelum dan setelah berbuka puasa.
Salah satu anjuran Saud adalah mengonsumsi buah saat berbuka puasa. "Krma adalah alternatif yang baik karena kandungan gulanya tidak terlalu tinggi," katanya.
Baca juga: Pasien Diabetes Indonesia Kurang Patuhi Anjuran Medis, Ini Dampaknya
Saud menuturkan, penderita diabetes sebaiknya baru makan besar sekitar pukul 21.00 dan menghindari makanan yang mengandung gula sederhana dalam jumlah banyak.
Penyesuaian Pengobatan, Jika Diperlukan
Kebanyakan pasien diabetes melitus mengontrol darah dengan insulin dan medformin. Dalam kondisi tertentu, jenis obat mungkin bisa disesuaikan untuk mengurangi risiko hipoglikemia.
Obat jenis Sulfonylurea terbukti berkaitan dengan hipoglikemia saat Ramadhan pada hampir 20 persen pasien diabetes tipe 2.
Sementara obat jenis Sitagliptin hanya mengakibatkan hipoglikemia pada 6,7 persen pasien diabetes tipe 2 yang berpuasa.
Beralih ke Sitagliptin berpotensi mengurangi risiko hipoglikemia secara signifikan tetapi harus dikonsultasikan dengan dokter.
Latihan Fisik
Penderita diabetes melitus perlu merencanakan jadwal latihan fisik dengan memperhatikan waktu latihan. "Jangan sampai latihan berat saat menjelang buka puasa karena saat itu gula darah sangat rendah," kata Saud.
Latihan fisik bisa dilakukan pada malam haru setelah beberapa jam waktu buka. Sebaiknya, intensitas latihan lebih ringan dari biasanya.
Baca juga: Diabetes Saat Kehamilan, Harus Bagaimana supaya Tidak Kena?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.