Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Temukan Mikroba di Stasiun Luar Angkasa Internasional

Kompas.com - 28/04/2019, 18:13 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber health24

KOMPAS.com - Beberapa waktu yang lalu, para ilmuwan menyebut telah menemukan mikroba di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Kini sebuah penelitian lanjutan dilakukan untuk mengidentifikasi mikroba tersebut.

Tim kemudian menganalisis sampel yang dikumpulkan dari 8 lokasi di ISS selama tiga peluncuran dalam kurun waktu 14 bulan. Sampel didapat dari jendela, toilet, alat olahraga, meja makan, hingga tempat tidur para astronot.

Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar mikroba di ISS berkaitan dengan manusia.

Dari sampel tersebut, sebagian mikroba yang paling umum ditemukan adalah Staphylococcus (26 persen); Pantoea (23 persen), dan Bacillus (11 persen).

Baca juga: Kepala NASA: Rudal Anti-Satelit India Bahayakan ISS dan Astronot

Mikroba-mikroba itu sangat akrab dengan Bumi. Bahkan, biasanya mereka menimbulkan risiko kesehatan di Bumi.

Misalnya saja, Staphylococcus aureus yang sering ditemukan di kulit dan di dalam hidung.

Karena orang-orang

Dalam laporan di jurnal Microbiome, para peneliti mengatakan bahwa bakteri tersebut umum ditemui di gym, kantor, atau rumah sakit. Ini berarti, mikroba di ISS muncul karena adanya para astronot.

"Mikroba spesifik berada di dalam ruangan di Bumi telah terbukti berdampak pada kesehatan manusia. Temuan ini bahkan lebih penting bagi para astronot selama penerbangan ke luar angkasa, karena saat itu mereka tidak memiliki akses medis seperti di Bumi," ungkap Kasthuri Venkateswaran, salah satu penulis penelitian ini dikutip dari Health24, Sabtu (27/04/2019).

Meski begitu, peneliti senior NASA itu menyarankan adanya studi lanjutan mengenai mikroba di ISS.

"Mengingat kemungkinan misi jangka panjang di masa depan, penting untuk mengidentifikasi jenis-jenis mikroorganisme yang dapat terakumulasi dalam lingkungan unik dan tertutup yang terkait dengan penerbangan antariksa, berapa lama mereka bertahan dan dampaknya terhadap kesehatan manusia dan infrastruktur pesawat ruang angkasa," jelas Venkateswaran.

Para ilmuwan juga mencatat bahwa beberapa mikroba juga menyebabkan penyakit di Bumi. Namun, apakah mikroorganisme tersebut ketika di ruang angkasa bisa membuat para astronot jatuh sakit masih belum diketahui.

"Ini akan tergantung pada sejumlah faktor, termasuk status kesehatan masing-masing individu dan bagaimana organisme itu bekerja saat di lingkungan antariksa," ujar Aleksandra Checinska Sielaff, penulis pertama laporan tersebut.

Baca juga: Rusia Optimis Ciptakan Mesin Cuci Khusus untuk Astronot di ISS

"Terlepas dari itu, deteksi kemungkinan organisame penyebab penyakit menyoroti pentingnya penelitian lebih lanjut untuk memeriksa bagaimana mikroba ISS ini bekerja di ruang angkasa," sambungnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Mengapa Bom Atom di Hiroshima Meninggalkan Bayangan Manusia di Trotoar?
Mengapa Bom Atom di Hiroshima Meninggalkan Bayangan Manusia di Trotoar?
Oh Begitu
Bayangan Abadi di Hiroshima: Jejak Manusia yang Membisu Setelah Ledakan Bom Atom
Bayangan Abadi di Hiroshima: Jejak Manusia yang Membisu Setelah Ledakan Bom Atom
Kita
Stephenson 2 DFK 52: Raksasa Merah Misterius yang Bikin Takjub
Stephenson 2 DFK 52: Raksasa Merah Misterius yang Bikin Takjub
Fenomena
8 Fenomena Langit Spektakuler di Bulan Agustus: Parade Planet hingga Hujan Meteor
8 Fenomena Langit Spektakuler di Bulan Agustus: Parade Planet hingga Hujan Meteor
Oh Begitu
Jejak Gigi Berusia 300.000 Tahun di China: Bukti Kawin Silang Manusia dengan Homo Erectus?
Jejak Gigi Berusia 300.000 Tahun di China: Bukti Kawin Silang Manusia dengan Homo Erectus?
Kita
Bintang Laut Bokong Besar dan Si Ubi Ungu Kecil Ditemukan di Laut Dalam Argentina
Bintang Laut Bokong Besar dan Si Ubi Ungu Kecil Ditemukan di Laut Dalam Argentina
Oh Begitu
Enam Gunung Api Meletus di Rusia Setelah Gempa Dahsyat, Mengapa?
Enam Gunung Api Meletus di Rusia Setelah Gempa Dahsyat, Mengapa?
Oh Begitu
Cula Badak Dijadikan Radioaktif untuk Hentikan Perburuan Liar
Cula Badak Dijadikan Radioaktif untuk Hentikan Perburuan Liar
Oh Begitu
Kapan Tata Surya Akan Berakhir? Ini Jawaban Para Ilmuwan
Kapan Tata Surya Akan Berakhir? Ini Jawaban Para Ilmuwan
Fenomena
Benarkah Bulan Bisa Mempengaruhi Kesehatan Kita? Ini Temuan Ilmiahnya
Benarkah Bulan Bisa Mempengaruhi Kesehatan Kita? Ini Temuan Ilmiahnya
Oh Begitu
Mengenal Macan Dahan, Predator Misterius Penjaga Hutan Asia
Mengenal Macan Dahan, Predator Misterius Penjaga Hutan Asia
Oh Begitu
Apa yang Menyebabkan Waktu Lebih Pendek Hari Ini?
Apa yang Menyebabkan Waktu Lebih Pendek Hari Ini?
Oh Begitu
5 Agustus, Salah Satu Hari Tersingkat di Bumi, Apa Dampaknya?
5 Agustus, Salah Satu Hari Tersingkat di Bumi, Apa Dampaknya?
Oh Begitu
Model Kosmologi: Alam Semesta Akan Mulai Mati dalam 10 Miliar Tahun
Model Kosmologi: Alam Semesta Akan Mulai Mati dalam 10 Miliar Tahun
Fenomena
Kehidupan Laut Dalam: Penemuan Mengejutkan di Palung Kuril-Kamchatka
Kehidupan Laut Dalam: Penemuan Mengejutkan di Palung Kuril-Kamchatka
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau