Bagi beberapa hewan laut, plastik yang tak beracun pun bisa berbahaya. Bentuknya yang seperti ubur-ubur sering membingungkan beberapa hewan seperti kura-kura, paus, dan lainnya.
Ini terbukti dari banyaknya kasus hewan laut terdampar dan mati karena menelan plastik.
Seperti yang kita tahu, plastik sulit sekali terurai apalagi tercerna oleh hewan. Akibatnya, hewan-hewan tersebut mengalami malnutrisi hingga mati.
Baca juga: Perangi Masalah Plastik, BSN Bikin SNI Kresek Mudah Terurai
Tak hanya mengira plastik sebagai makanan, banyak hewan laut yang terjerat plastik dan tidak bisa melepaskannya. Pada akhirnya hewan tersebut terluka atau mati karena plastik.
Sejauh ini, diketahui bahwa sampah plastik di laut membahayakan lebih dari 600 spesies. Hal tersebut bisa memicu kepunahan massal keenam bagi kehidupan di Bumi.
Kematian sebagian besar populasi laut ini adalah kabar buruk bagi manusia. Pasalnya, manusia juga mengonsumsi ikan laut dan garam.
Beberapa penelitian menemukan bahwa ikan yang kita konsumsi telah tercemar mikroplastik. Dengan kata lain, plastik menemukan jalannya masuk ke tubuh manusia.
Sebuah tim peneliti internasional bahkan menemukan bahwa mikroplastik ditemukan di dalam tinja manusia. Itu berarti manusia telah terinfeksi plastik.
Meski begitu, belum ada penelitian lebih lanjut tentang dampak mikroplastik pada tubuh manusia.
Sulit Penanganan
Perkara besar plastik adalah proses penanganannya. Apalagi, plastik sangat sulit terurai.
Ini membuat para peneliti berlomba membuat plastik yang lebih ramah lingkungan. Sayangnya, plastik yang lebih ramah lingkungan sering kali meminta kondisi khusus untuk penguraiannya.
Lagi-lagi masalahnya adalah ketidaktahuan tentang bagaimana seharusnya memperlakukan sampah-sampah plastik tersebut. Ditambah, sangat sedikit informasi mengenai hal ini.
Pada akhirnya, sampah plastik tidak tertangani dengan baik.
Di samping itu, ada pula kasus di mana plastik tidak lantas bisa didaur ulang. Padahal seperti yang kita ketahui, sebagian besar sampah plastik bisa bertahan selamanya.