Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marah Usai Nonton “Sexy Killers”? Buat Perubahan dengan Tindakan Ini

Kompas.com - 22/04/2019, 18:08 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com – Hingga berita ini diturunkan, film Sexy Killers telah ditonton lebih dari 18 juta kali.

Secara singkat, film yang dirilis oleh Watchdoc Image dalam akun Youtube resminya pada 13 April 2019 ini bertutur mengenai  produksi listrik batubara dari hulu ke hilir, dan dampak yang ditimbulkannya pada warga dan lingkungan sekitar.

Sexy Killers juga mengungkapkan bahwa perusahaan tambang memiliki kaitan erat dengan para elit politik, dan mereka berada di kedua kubu capres-cawapres pemilu 2019.

Sontak, film ini pun mengundang banyak reaksi dari masyarakat. Ada yang pro dan ada yang kontra.

Salah satu reaksi kontra yang dilontarkan terhadap Sexy Killers adalah klaim bahwa industri batubara membuat Indonesia sejahtera dengan membuka lapangan pekerjaan yang menyerap warga lokal sebagai tenaga kerja.

Baca juga: Di Balik Terang Lampu, Menyingkap Sisi Kelam PLTU Lewat “Sexy Killers”

Menanggapi hal ini, Adhityani Putri selaku Direktur Eksekutif Yayasan Indonesia Cerah berkata bahwa klaim tersebut tidak sepenuhnya benar.

“Memang betul, ada unsur masyarakat yang sejahtera, yaitu para pengusaha, para pejabat yang mendapatkan suap dan juga buruh dan pekerja profesional. Tapi kerugian yang diciptakan oleh industri batubara di Indonesia dalam tata kelola yang semrawut ini jauh lebih besar,” ujarnya melalui pesan singkat yang diterima Kompas.com pada Senin (22/4/2019).

Dia melanjutkan, kerugian sosial ekonomi dari masyarakat yang dirampas rumah dan lahan hidupnya, pencemaran lingkungan di tambang sampai dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berdampak pada masyarakat sekitar sampai dengan radius 100 kilometer, dan korupsi gila-gilaan yang merusak sistem politik kita itu kerugian yang sama sekali tidak bisa terbayarkan.

Kerugian-kerugian sosial, ekonomi dan lingkungan tersebut ini telah dikaji oleh berbagai organisasi yang tergabung dalam gerakan #BersihkanIndonesia dan dirangkum oleh Sexy Killers.

Sementara itu, masyarakat yang pro dengan paparan Sexy Killers dan merasa marah terhadap industri batubara diharapkan oleh Adhityani untuk bersikap lebih aktif dalam mendorong perubahan di bidang energi.

Baca juga: Pembangunan PLTU Celukan Bawang II Ditentang, Ada Apa?

Masyarakat harus mendesak pemerintah untuk bisa mengatur industri batubara dengan lebih baik sekaligus memastikan agar industri tersebut bersih dari korupsi dan mentaati aturan lingkungan hidup standar internasional.

“Harus lebih galak sama industri batubara, pastikan industri ini beserta seluruh tata niaganya bersih dari korupsi, dan pastikan juga bahwa standar lingkungan dibuat seketat standar internasional. Ini beban pemerintah ke depannya apalagi kalau mengaku membela rakyat,” ujarnya.

Adhityani menegaskan soal standar internasional karena dia dan organisasi-organisasi lainnya masih melihat banyaknya kekurangan dalam standar lingkungan di Indonesia.

Dimulai dari awal penetapan lokasi yang seharusnya berbasiskan analisis dampak lingkungan (amdal), Yayasan Indonesia Cerah dan mitra sering kali menemukan bahwa amdal perusahan tambang ternyata tidak lengkap atau tidak sepenuhnya mengkaji dampak jangka panjang terhadap lingkungan.

Pada tahap operasional, ditemukan juga banyak pelanggaran limbah yang tidak dianggap pelanggaran karena standar lingkungan Indonesia yang masih berada di bawah standar internasional.

Baca juga: Demi Kera Besar Terlangka di Dunia, Koalisi Indonesia Surati Jokowi

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau