Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Terang Lampu, Menyingkap Sisi Kelam PLTU Lewat “Sexy Killers”

Kompas.com - 12/04/2019, 12:42 WIB
Julio Subagio,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Bagi masyarakat urban, listrik merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari penerangan, komputer kantor, hingga layar gadget menkonsumsi pasokan listrik harian dalam skala masif tiap harinya.

Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa dibalik itu semua, terdapat kalangan masyarakat yang menanggung derita akibatnya.

Melalui film dokumenter “Sexy Killers”, rumah produksi WatchDoc mengungkap cerita para korban pembangunan PLTU yang selama ini jauh dari pemberitaan arus utama.

Film berdurasi 88 menit ini bercerita secara runut mengenai perjalanan batu bara dari hulu ke hilir serta dampak yang ditimbulkannya selama perjalanan terhadap penduduk setempat.

Mulai dari lokasi penambangan batu bara di kawasan Kutai, Kalimantan Timur, dimana para petani transmigran yang telah menempati lokasi sejak era Orde Baru kini harus pasrah menanggung kerusakan lahan yang ditenggarai disebabkan oleh aktivitas tambang.

Selain polusi udara, krisis air bersih, dan kerusakan bangunan, aktivitas tambang yang bersebelahan dengan pemukiman warga juga meninggalkan lubang galian yang menelan korban jiwa.

Dalam kurun waktu 2011-2018, tercatat sebanyak 32 korban tenggelam dalam lubang galian tambang. Sedikitnya terdapat sekitar 3500 lubang galian di Kalimantan Timur.

Baca juga: Pembangunan PLTU Celukan Bawang II Ditentang, Ada Apa?

Kerusakan ekosistem Karimun Jawa

Batu bara dari Kalimantan Timur kemudian diangkut dengan menggunakan kapal tongkang ke beberapa kawasan, termasuk Jawa dan Bali.

Dalam perjalanannya, kapal pengangkut batu bara kerap kali melewati kawasan Karimun Jawa, yang merupakan kawasan Taman Nasional.

“Mereka selalu lalu-lalang setiap minggu berdekatan dengan tempat kami, sehingga ekosistem terumbu karang terganggu”, ujar Ilyas, salah satu warga Karimun Jawa yang menjadi narasumber dalam acara nonton bareng yang diselenggarakan pihak WatchDoc, Greenpeace, serta Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) di Jakarta, Rabu (10/4/2019).

Kapal tongkang ini membawa permasalahan bagi ekosistem sekitar. Jangkar kapal seringkali tertambat pada terumbu karang, belum lagi tumpahan batu bara yang tercecer ke lautan.

Ilyas juga menambahkan bahwa pada musim penghujan, kapal tersebut bahkan singgah dan ditinggalkan begitu saja tanpa alasan jelas, sehingga merusak dermaga lokal yang memiliki kapasitas kecil.

Konflik PLTU Batang

Selain Karimun Jawa, lokasi lain yang menjadi sorotan adalah PLTU Batang.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau