BOGOR, KOMPAS.com – Pasien dengan risiko penyakit atau serangan jantung disarankan oleh dr Sari Sri Mumpuni, Sp.JP (K), FIHA, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah konsultan kardiologi intervensi RS Pondok Indah – Pondok Indah untuk lebih pilih-pilih soal destinasi liburan.
Pasalnya, cuaca yang terlalu dingin atau terlalu panas, serta aktivitas yang terlalu berat, dapat memicu kekambuhan pada pasien dengan riwayat dan faktor risiko penyakit jantung.
Dalam paparan bertajuk “Penanganan Kegawatdaruratan Medis Saat Liburan” yang diadakan di Royal Tulip Gunung Geulis Resort & Golf, Bogor, Jumat (12/4/2019), Sari menjelaskan bahwa suhu yang terlalu panas dapat menyebabkan dehidrasi sehingga menimbulkan pengentalan darah dan gangguan elektrolit.
Akibatnya, pasien mengalami peningkatan debaran jantung yang bisa mengancam jiwa jika terjadi komplikasi.
Baca juga: Tak Direkomendasikan WHO, Amankah Minum Obat Penghenti BAB Saat Diare?
Selain itu, cuaca panas juga bisa membuat pembuluh darah melebar. Pada orang-orang yang meminum obat hipertensi, hal ini bisa menyebabkan hipotensi.
Sebaliknya, suhu dingin dapat membuat pembuluh darah menyusut sehingga tekanan darah naik.
Pada lokasi dengan ketinggian di atas 4000 meter dari permukaan laut, seperti daerah pegunungan, pasien yang mengidap hipertensi juga bisa mengalami peningkatan tekanan darah yang membuat jantung merasa letih. Hal ini bisa berujung pada serangan jantung.
Time is Muscle
Nah, bila terjadi kekambuhan penyakit jantung koroner berupa serangan jantung, maka penanganan yang cepat adalah kunci untuk menghindari kerusakan otot jantung yang lebih parah.
“Time is muscle. Kita harus bertindak cepat demi menyelamatkan otot jantung dari kerusakan yang lebih parah,” kata Sari.
Golden period (periode emas) untuk menyelamatkan pasien serangan jantung adalah 6-12 jam sejak dimulainya serangan hingga waktu pemberian tindakan medis.
“Untuk meminimalisasi kerusakan otot jantung, paling bagus tiga jam. Pada periode ini, baik obat maupun tindakan (kateterisasi) memiliki hasil yang sama. Tapi kalau lebih dari tiga jam, maka tindakan (kateterisasi) memiliki hasil yang lebih baik,” ujar Sari menjelaskan lebih lanjut.
Baca juga: Penyakit Jantung Menghantui Orang Indonesia, Ini Sebabnya...
Bila pasien pingsan, periode waktunya menjadi semakin sempit. Dokter Umum dan Kepala Unit Emergency RS Pondok Indah – Pondok Indah, dr Felix Samuel, M Kes, menjelaskan bahwa literatur menyebutkan bahwa periode untuk mencegah kerusakan otak akibat kurangnya suplai oksigen berkisar antara 3-9 menit, tetapi batas optimalnya pada 4-6 menit.
“Ketika terjadi henti jantung, aliran darah ikut berhenti dan otak terhenti,” kata Felix.
Dia melanjutkan, sel otak sulit untuk beregenerasi. Jadi, waktu yang sempit itu krusial. Bila sudah melebihi, pasti menimbulkan gejala sisa. Paling sering terjadi adalah koma, tetapi bisa juga terjadi kelumpuhan total.
Selagi menunggu datangnya bantuan medis, orang-orang di sekitar pasien yang mengalami serangan jantung diharapkan untuk dapat memberikan bantuan hidup dasar dalam Basic Life Support, yaitu resusitasi jantung dan paru untuk mengembalikan sirkulasi darah dan fungsi pernapasan pada korban.
Baca juga: Dada Panas, Sakit Apa? Jantung, Cedera Otot, atau Asam Lambung?
Tindakan ini meliputi pengamanan diri dan pasien, penilaian tingkat kesadaran pasien dengan menepuk bahu dan memanggil pasien, memanggil bantuan tim medis, melakukan pengecekan terhadap nadi dan jalan napas, serta melakukan tindakan Cardiopulmonary Resuscitation (CPR).
Sr Eka Wahyuli, Nurse Education – RS Pondok Indah Group menjelaskan bahwa CPR dilakukan dengan memberikan kompresi dada dengan kedalaman 5-6 sentimeter pada pasien dewasa sebanyak 30 kali dengan ritme 100-120 kali per menit. Di antara setiap kompresi, pastikan dada pasien telah mengembang sepenuhnya.
Tindakan ini juga diikuti dengan pemberian napas bantuan pada pasien selama dua menit dengan memencet hidung pasien hingga dadanya mengembang. Namun, pemberian napas bantuan ini hanya dapat dilakukan bila penolong memiliki pembatas khusus atau memang betul-betul mengenal pasien.
Bantuan hidup dasar ini dapat dilakukan sebanyak lima kali atau hingga bantuan medis tiba.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.