Sementara, ibu yang disibukkan dengan berbagai pekerjaan rumah tangga, seringkali kesulitan untuk membangun komunikasi yang intensif dengan anak.
Baca juga: Demi Kesehatan Remaja, Jangan Sebarkan Foto-foto Korban Bencana Alam
“ Orang tua biasanya hanya mempedulikan nilai dan ranking, tapi lupa menanyakan bagaimana pengalaman dan perasaan anak selama berada di sekolah”, ujar Rita Pranawati, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia, yang juga hadir sebagai pembicara.
“Biasanya, orang tua hanya menanyakan tiga hal: Sudah makan belum? Bagaimana ulangannya? Sudah shalat belum?”, ujarnya.
Hal ini menjadikan anak merasa tidak nyaman untuk menceritakan kondisi pribadinya kepada orang tuanya sendiri.
Di sisi lain, anak juga menciptakan jarak dari orang tua sebagai pembentukan identitas diri.
Persepsi yang berbeda mengenai penggunaan media sosial dan internet adalah salah satu penyebab mengapa anak tidak ingin berbagi dengan orang tua.
Baca juga: Bukti Baru, Efek Buruk Rokok Lebih Mengerikan Bagi Perokok Remaja
Sebagian besar anak merasa malu jika harus “berteman” dengan akun media sosial orang tuanya sendiri. Mereka merasa terkekang dan selalu diawasi baik di rumah maupun di dunia maya, sehingga anak memfilter informasi yang mereka bagikan pada orang tuanya.
Upaya penyelesaian
Sayangnya, isu remaja belum dianggap penting, terutama dibandingkan dengan isu ibu dan anak atau lansia.
“Saat ini, kita mendorong agar program parenting dapat masuk dalam pembagian dana desa”, jelas Rita.