KOMPAS.com - Perlahan tapi pasti pengobatan kanker mengalami kemajuan. Berbagai terapi baru ditemukan dan menunjukkan hasil yang menjanjikan. Salah satunya adalah imunoterapi yang menggunakan kekebalan tubuh sendiri untuk melawan kanker.
Kanker tumbuh secara perlahan dan pada awalnya kekebalan tubuh manusia dapat membasmi sel kanker sebelum berkembang lebih lanjut.
Seiring waktu, sel kanker tumbuh makin cepat hingga kekebalan tubuh tidak dapat lagi mengimbangi pertumbuhan kanker.
Ada banyak komponen sel darah putih; di antaranya limfosit, basofil, fagosit, dan lain-lain. Komponen yang berperan dalam melawan kanker adalah sel limfosit T dan sel NK. Sayangnya, tidak semua sel kanker selalu berhasil dibasmi.
Beberapa jenis kanker juga memiliki mekanisme untuk menghancurkan sel limfosit T (tentara tubuh yang tugasnya melawan musuh),
“Jadi, prinsip imunoterapi ini memanfaatkan mekanisme kekebalan sel-sel tubuh kita sendiri untuk melawan kankernya,” tegas dr. Jeffry B Tenggara, Sp.PD.KHOM.
Baca juga: Mengenal Imunoterapi, Pengobatan Terkini Kanker Paru
Imunoterapi dianggap berpotensi besar sebagai pengobatan kanker setelah mantan Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter sembuh dari melanoma setelah mendapat terapi ini.
Ada beberapa macam metode imunoterapi, yaitu Checkpoint Inhibitors, Cytokine Induced Killer Cell (CIK), dan Vaksin.
Saat ini immunoterapi yang sudah banyak dipakai adalah check point inhibitor yang salah satunya adalah anti PD-1. Mekanisme kerja dari anti-PD1 ini adalah mencegah kematian sel limfosit T akibat proses pengrusakan oleh kanker.
Walau demikian, tidak semua kanker memiliki PD-1, sehingga tidak semua kanker bisa diterapi dengan terapi ini.
Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) atau non-small cell lung cancer (NSCLC), kanker kulit jenis melanoma maligna. Hampir 100 persen melanoma mengekspresikan PD-L1
Menurut Dr. dr. Andhika Rachman, Sp.PD-KHOM dari FKUI/RSCM, Jakarta, pasien juga perlu melakukan pemeriksaan PD-L1.
Di Indonesia, terapi ini memang sudah mendapat ijin dari Badan POM untuk pengobatan kanker paru dan kanker kulit melanoma maligna. Namun, kendala utamanya adalah biaya yang sangat mahal dan belum ditanggung BPJS Kesehatan.
Padahal, imunoterapi bisa meningkatkan kualitas hidup pasien dengan baik.
“Secara umum, efek samping dari imunoterapi tidak seberat yang ditimbulkan oleh kemoterapi. Mungkin karena dosis obatnya memang kecil,” kata Andhika.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.