Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transplantasi Organ Hewan, Akankah Jadi Solusi Kurangnya Pendonor?

Kompas.com - 05/04/2019, 17:34 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com – Transplantasi organ masih terkendala oleh kurangnya pendonor manusia. Masalah ini membuat para peneliti di seluruh dunia berlomba-lomba untuk mengembangkan xenotransplantasi, yaitu penggunaan hewan sebagai sumber organ donor yang menunjang kesehatan manusia.

Sebuah perusahaan startup bernama eGenesis di Amerika Serikat, misalnya, sedang berupaya untuk menciptakan babi yang organnya bisa ditransplantasikan secara aman ke manusia.

Mereka menggunakan teknologi pengeditan gen, Crispr, untuk menghapus sekelompok virus pada babi yang bisa berpindah ke tubuh manusia. Selain itu, eGenesis juga sedang mengeksplorasi pemanfaatan Crispr untuk mengeliminiasi sel-sel asing pada organ babi agar sistem imunitas kita tertipu untuk berpikir bahwa organ berasal dari manusia.

“Saya pikir ini adalah titik magis dalam bidang ini (xenotransplantasi). Ini bukan lagi pertanyaan 'Kalau', tetapi pertanyaan 'Kapan',” ujar William Westlin, Executive Vice-President untuk penelitian dan pengembangan di eGenesis, seperti dilansir dari The Guardian, Rabu (3/4/2019).

Baca juga: Transplantasi Organ Babi ke Manusia Diperkirakan Terjadi dalam 2 Tahun

Selain eGenesis, para peneliti juga telah membuat banyak kemajuan di bidang xenotransplantasi. Dilihat dari obat penekan imunitas saja sebagai contoh, perkembangan terbarunya membuat penolakan tubuh terhadap organ donor lebih jarang terjadi.

Lalu, studi baru yang dipublikasikan di jurnal Nature juga menunjukkan bahwa babun yang mendapat jantung babi modifikasi ditemukan dapat hidup selama enam bulan.

Studi lain yang dipublikasikan pada 2017 juga menemukan bahwa babun bisa hidup selama tiga tahun dengan menggunakan jantung babi yang berdetak bersama jantung asli mereka.

Kemajuan-kemajuan ini membuat Bruno Reichart, ahli bedah jantung yang memimpin studi babun dalam jurnal Nature, percaya bahwa organ babi akan menjadi solusi kekurangan organ donor bagi manusia. Menurut dia, belum ada tantangan ilmiah penting yang menghalangi perkembangan xenotransplantasi.

Reichart sendiri kini sedang berusaha mengembangkan penelitiannya dengan target membuat setidaknya 60 persen babun bisa hidup dengan jantung babi untuk durasi waktu yang lebih lama dari enam bulan. Meskipun dia berharap dapat membuat mereka bisa hidup selama setahun, sangat sulit untuk memaksa babun makan obat penekan imunitas setiap hari.

Baca juga: Babi Bebas Virus Diciptakan untuk Transplantasi Organ Manusia

Penuh potensi

Babi yang organnya siap ditransplantasikan bagi manusia juga memiliki banyak potensi lainnya.

David Cooper yang memimpin prgram xenotransplantasi di University of Alabama berkata bahwa perkembangan lebih lanjut bisa menjadikan babi sebagai sumber sel islet (sekelompok sel pankreas yang memproduksi hormon) yang dibutuhkan oleh penderita diabetes.

Lebih jauh, darah babi mungkin bisa ditransfusikan kepada pasien-pasien khusus yang telah membentuk antibodi melawan sel darah manusia karena terlalu sering mendapat transfusi. Bahkan, sel yang memproduksi dopamin mungkin juga bisa ditransplantasikan kepada pasien dengan penyakit Parkinson.

Kemudian, sekalipun organ babi tidak bisa selamanya dipakai, setidaknya tindakan ini akan bisa meminjamkan waktu bagi penerima donor selagi menunggu organ manusia.

Namun, tentunya hal-hal ini baru bisa dilakukan bila tantangan terakhir berhasil dilewati, yakni ketika xenotransplantasi telah diujicobakan pada manusia dan terbukti aman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com