KOMPAS.com –- Transplantasi organ sangat sulit untuk dilakukan. Kendala pertama adalah ketersediaan pendonor yang berbanding terbalik dengan jumlah permintaan yang terus memperpanjang daftar antrian. Lalu, kalau pun organ telah didapat, bukan tidak mungkin bila penolakan terjadi saat tubuh merespons adanya jaringan asing.
Oleh karena itu, dunia medis terus berfokus untuk mengembangkan xenotransplantasi, yaitu penggunaan organ hewan untuk menunjang kesehatan manusia.
Secara genetis, babi dan kera paling sesuai untuk direkayasa agar menghasilkan jaringan yang dikenali organ tubuh manusia. Akan tetapi, penelitian babi sebagai sumber xenotransplantasi berjalan lambat karena Porcine Endogenous Retrovirus (PERV) yang berada di dalam genom babi bisa menginfeksi manusia.
(Baca juga: Kali Pertama, Ilmuwan Hapuskan DNA Penyakit dari Embrio Manusia)
Sebagai retrovirus, gen PERV terletak di dalam DNA babi dan serupa dengan retrovirus yang ada di tubuh manusia. Bedanya, PERV masih bisa muncul dan menginfeksi sel lainnya sehingga berpotensi memunculkan patogen baru yang berbahaya.
Untuk menyelesaikan permasalahan ini, eGenesis, sebuah perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat mengumumkan pada tahun 2015 bahwa mereka akan menggunakan teknologi pengeditan gen CRISPR-Cas9 untuk menghapus ke-62 salinan genetik PERV dari sejumlah embrio babi yang dikloning.
Meski teknologi kloning belum sempurna dan mayoritas sel gagal berkembang, tetapi 15 di antaranya berhasil bertahan hidup dan hingga kini, belum menunjukkan tanda-tanda adanya PERV di dalam sel mereka. Babi yang tertua bahkan sudah berusia empat bulan.
"Ini adalah publikasi pertama yang melaporkan produksi babi bebas PERV," kata Luhan Yang, kepala petugas ilmiah di eGenesis seperti yang dikutip dari Science Alert 11 Agustus 2017.
"Penelitian ini merupakan kemajuan penting dalam menangani masalah keamanan tentang transmisi virus lintas spesies. Tim kami akan lebih jauh lagi merancang keturunan babi bebas PERV untuk menghasilkan xenotransplantasi yang aman dan efektif," ujarnya.
Sayangnya, kendala xenotransplantasi tidak berhenti pada penghilangan virus saja. Etika dan sentimen sosial masih harus jadi pertimbangan sebelum ginjal babi dapat menunjang kehidupan manusia. Meski demikian, menghentikan virus yang berisiko bagi kesehatan manusia adalah lompatan baru dalam xenotransplantasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.