Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Geotermal Indonesia, dari Potensi, Pemanfaatan sampai Rencana ke Depan

Kompas.com - 05/04/2019, 08:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kita bisa mengenali keberadaan sistem geotermal dengan tanda-tanda yang tampak di permukaan bumi, seperti mata air panas, semburan uap, lumpur panas, sublimasi belerang, dan batuan ubahan/alterasi akibat pemanasan yang dilakukan fluida hidrotermal.

(Kiri) Ilustrasi sederhana geotermal sebagai reservoir uap. (Kanan) Sistem geotermal di bumi. Author provided

Sistem geotermal dapat dikategorikan berdasarkan temperatur reservoirnya dan fasa (jumlah zat homogen) fluida di reservoir. Sistem geotermal berdasarkan kisaran temperatur reservoirnya dapat dibedakan menjadi 3 macam: sistem geotermal temperatur tinggi (>225°C), temperatur sedang (125-225°C), dan temperatur rendah (<125°C).

Dilihat dari fasa fluidanya, ada sistem geotermal dominasi uap, dominasi air, dan campuran kedua fasa. Indonesia memiliki semua variasi jenis sistem geotermal tersebut.

Pemanfaatannya

Energi geotermal dapat dimanfaatkan secara tidak langsung dan langsung.

Pemanfaatan tidak langsung sebagai energi listrik, sedangkan secara langsung dalam wujud pemanfaatan energi panas untuk berbagai keperluan seperti pemanasan kolam renang, pengeringan hasil pertanian, perkebunan, pemanasan (penghangatan) budi daya ikan, dan pemanfaatan panas untuk keperluan yang lain.

Pemanfaatan secara langsung ini dapat terus berkembang dan bervariasi tergantung inovasi yang dibuat.

Pengembangan energi geotermal untuk pemanfaatan langsung di Indonesia dilakukan untuk agroindustri, proses industri, dan pariwisata.

Beberapa contoh pemanfaatan langsung di negeri: tercatat untuk pemandian air panas, pengeringan kopra, pengeringan teh, budidaya jamur, budidaya kentang, proses produksi gula aren, dan pengilangan minyak akar wangi (Astiri).

Penggunaan energi geotermal mengeluarkan emisi rendah, karena setelah energi dimanfaatkan untuk pembangkit listrik atau pemanfaatan secara langsung.

Dalam sistem pembangkit geotermal, fluida yang telah mendingin kemudian direinjeksi ke bawah permukaan bumi menuju ke reservoir sehingga tidak ada fluida yang dibuang yang mencemari lingkungan. Dengan demikian, terjadi siklus pemanasan, pemanfaatan, dan reinjeksi kembali fluida di dalam reservoir.

Di Indonesia, pengembangan energi geotermal untuk pembangkit tenaga listrik dimulai pada 1978 dengan pengembangan Monoblok 250 kW di Lapangan Kamojang, Garut, Jawa Barat, sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi pertama di Indonesia.

Namun, lapangan/tempat panas bumi pertama yang beroperasi secara komersial baru dibuka pada 1983 seiring dengan beroperasinya Unit I sebesar 30 MW di Lapangan Kamojang.

Perkembangan berikutnya adalah pengembangan lapangan panas bumi di Dieng Jawa Tengah (60 MW), Lahendong Sumatra Utara (60 MW), Salak Sukabumi (377 MW), Darajat Garut (260 MW), Wayang Windu Bandung (227 MW) diikuti oleh pengembangan lapangan-lapangan geotermal di Sumatra, Jawa, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau