Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/04/2019, 20:06 WIB

KOMPAS.com - Profesor Liu Xingyin dari Universitas Kedokteran Nanjing di Provinsi Jiangsu, China Timur mengungkapkan adanya kemungkinan untuk mengobati autisme.

Kemungkinan ini terungkap setelah Xingyin menemukan bahwa tidak adanya protein tertentu dalam Drosophila melanogaster atau lalat buah/lalat cuka dapat menyebabkan flora usus menjadi tidak seimbang. Kondisi ini dinilai sama dengan gejala autisme pada manusia.

Dilansir dari Xinhua, tim peneliti menyimpulkan bahwa temuan tersebut membuka teori baru mengenai pengobatan autisme, terutama mengenai pencernaan dan sistem kekebalan tubuh.

Adapun, protein yang dimaksud tim peneliti adalah KDM5. Jika lalat kekurangan protein KDM5, maka lalat itu akan memiliki respons yang lebih lambat sehingga hubungan "sosial" lalat itu dengan lalat lain akan berkurang.

"Semua fenomena ini mirip dengan gangguan komunikasi orang dengan autisme," ujar Liu kepada Xinhua, Senin (1/4/2019).

Baca juga: Pentingnya Aturan Penyelenggaraan Terapi Perilaku Bagi Penyandang Autisme di Indonesia

Studi ini menunjukkan, jika tidak adanya fungsi protein KDM5, perlindungan membran mukosa pada lalat akan rusak, dan flora usus menjadi tidak seimbang.

"Banyak orang dengan autisme juga memiliki penyakit usus yang serius, seperti diare dan sindrom iritasi usus. Hal ini selaras dengan temuan kami," ujar Liu.

Penelitian lebih lanjut kemudian menemukan bahwa pemberian antibiotik atau pemberian "makanan" kepada bakteri Lactobacillus Plantarum dapat meningkatkan "hubungan sosial" dan menambah harapan hidup lalat-lalat yang kekurangan KDM5.

Menurut Xingyin, temuan ini mengubah pendekatan dalam pengobatan autisme. Temuan pada lalat ini diharapkan juga bisa diberlakukan pada manusia dengan autisme.

"Penelitian sebelumnya tentang autisme biasanya berfokus pada genetika," ujar Liu.

"Kami berharap untuk membuka jalan baru untuk terapi autisme manusia dari perspektif pencernaan manusia dan sistem kekebalan tubuh," kata dia.

Hasil penelitian ini diterbitkan dalam jurnal internasional terkemuka di bidang mikrobiologi, "Cell Host and Microbe".

Baca juga: Ilmuwan China Rekayasa Otak Monyet untuk Pahami Gangguan Autisme

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber Xinhua
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+