Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penemuan yang Mengubah Dunia: Lampu, Sejak Puluhan Ribu Tahun

Kompas.com - 30/03/2019, 22:42 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Sabtu (30/03/2019), masyarakat seluruh dunia memperingati Earth Hour dengan mematikan lampu selama satu jam pada pukul 20.30 hingga 21.30 waktu setempat.

Peringatan ini secara tidak langsung menegaskan pentingnya cahaya lampu bagi kehidupan manusia.

Namun, tahukah Anda, lampu telah ada jauh sebelum lampu pijar oleh Thimas Alva Edison?

Ya, lampu pertama ditemukan sekitar 70.000 sebelum masehi (SM). Penggunanya tentu saja para manusia purba.

Baca juga: Lampu UV Ini Bisa Cegah Penyebaran Virus Flu di Ruang Publik

Tapi jangan dibayangkan lampunya seperti sekarang. Pada masa itu, manusia purba menggunakan struktur sederhana dari cangkang atau batu berlubang berisi lumut yang direndam lemak hewani kemudian dibakar dengan api.

Sejak saat itu, manusia mulai mencoba bahan-bahan lain untuk membuat pencahayaan. Mulai dari menggunakan marmer, logam, dan tembikar untuk tubuhnya dan menggunakan minyak ikan dan zaitun sebagai bahan bakar.

Bahkan, sumbu ditambahkan untuk mengontrol laju pembakaran.

Sekitar abad ke-7, orang Yunani mulai membuat lampu dari tembikar untuk menggantikan obor genggam. Sebagai informasi, kata lampu sendiri berasal dari bahasa Yunani "lampas" yang berarti obor.

Sayangnya, setelah abad tersebut, sangat sedikit informasi yang tersedia tentang lampu di abad pertengahan.

Lampu Minyak

Baru pada abad ke-18, langkah besar evolusi lampu muncul di Eropa dimulai dengan ditemukannya pembakaran pusat. Ini menjadi sebuah peningkatan besar dalam desain lampu.

Desain ini dibuat dengan cara sumber bahan bakar tertutup rapat dalam logam, dan tabung logtam bisa disesuaikan untuk mengontrol intensitas pembakaran bahan bakar dan intensitas cahaya.

Tak hanya itu, cerobong kaca kecil ditambahkan untuk melindungi api dan mengontrol aliran udara ke api.

Ami Argand, ahli kimia asal Swis, merupakan orang yang mengembangkan penggunaan lampu minyak ini pada 1783.

Pada 1859, dengan pengeboran sumur minyak bumi pertama di dunia, lampu minyak tanah makin populer.

Baca juga: Ingin Pensiunkan Lampu, Ilmuwan Bikin Tanaman Menyala Dalam Gelap

Lampu Gas

Seiring waktu berlalu dan berbagai sumber eneri baru ditemukan, jenis lampu baru juga berkembang. Pada dekade terakhir abad ke-18, penggunaan komersial gas batubara digunakan untuk penerangan rumah.

Penemu Jerman Freidrich Winzer (Winsor) adalah orang pertama yang mematenkan pencahayaan gas batubara pada 1804 dan "thermolampe" menggunakan gas yang disuling dari kayu dipatenkan pada 1799. David Melville menerima paten lampu gas A.S. pertama di tahun 1810.

Gas batubara sendiri sempat dikecam karena dianggap tidak aman. Meski begitu, hingga awal abad ke-19, sebagian besar kota di Eropa dan Amerika Serikat menggunakan bahan bakar ini untuk lampu penerangan jalan.

Lampu Busur Karbon

Dengan munculnya listrik, perkembangan lampu pun ikut terpengaruh. Pada 1801, Sir Humphrey Davy dari Inggris menemukan lampu busur karbon listrik.

Lampu ini bekerja dengan menghubungkan dua batang karbon ke sumber listrik. Dengan ujung lain dari batang berjarak sehingga arus listrik mengalir melalui "busur" karbon penguapan menciptakan cahaya putih yang intens.

Sayangnya, lampu ini mengotori udara melalui emisi uap karbon.

Lampu Pijar

ilustrasi lampu ledThinkstock/DKsamco ilustrasi lampu led

1808, lampu pijar mulai dibuat oleh ahli Inggris Warren de la Rue menggunakan kumparan platinum. Tapi, bola lampu ini terlalu mahal dan umurnya sangat pendek.

Namun, temuan de la Rue itu menimbulkan secercah harapan bagi ilmuwan W. R. Glove. Pada 1840, Glove menemukan bola lampu pijar dengan kumparan platinum yang bisa digunakan secara praktis sebagai lampu listrik.

Temuan Glove ini kemudian dilanjutkan oleh Sir J. W. Swan pada 1860. Swan menciptakan bola lampu karbon dengan kertas karbonisasi dan pemrosesan serat kapas dengan asam sulfat.

Cara tersebut membuat masalah menghitamnya bola lampu awal.

Baca juga: Matikan Lampu pada 6 Agustus 2016 dan Keajaiban Ini Akan Terlihat...

Thomas Alva Edison kemudian mengembangkan dan mematenkan bola lampu pijar pada 1879. Lampu milik Edison ini kemudian menjadi dasar dari lampu pijar modern.

Temuan Edison itu bukan tercipta begitu saja. Dia tenggelam dalam penelitian selama bertahun-tahun untuk menciptakanbola lampu pijar.

Edison berhasil menunjukkan bola lampu yang menggunakan pompa knalpot merkuri yang ditingkatkan dan filamen karbon untuk bersinar selama lebih dari 40 jam.

Setelah menemukan bahwa bambu adalah bahan filamen yang sangat baik, Edison memperoleh sampel bambu dari seluruh dunia. Edison menemukan bahwa bambu Hachiman dari daerah Kyoto di Jepang paling cocok untuk tujuannya dan terus menggunakan bambu ini selama sepuluh tahun sesudahnya.

Untuk mempopulerkan penerangan listrik, Edison juga merancang sejumlah perangkat yang terkait dengan bola lampu listrik, perkabelan dan pembangkitan dan transmisi listrik, seperti soket, sakelar, sekring pengaman, hingga switchboard.

Lampu Neon

Pada 1911, Georges Claude dari Perancis menemukan lampu neon. Dia mengembangkan tabung dengan gas neon sebagai isinya, ketika tegangan tinggi diterapkan pada dua elektroda di kedua ujung tabung, benda iu memancarkan cahaya merah yang benderang.

Dengan cepat lampu neon menghiasi eksterior bangunan komersial di kota-kota dunia.

Kemajuan teknologi lampu listrik masih terus berlangsung hingga saat ini. Salah satu yang juga menjadi populer adalah lampu LED yang digadang-gadang lebih hemat energi.

Bahkan, beberapa tahun belakangan para ilmuwan ingin menciptakan tanaman yang bisa bercahaya untuk memensiunkan lampu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau