Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penemuan yang Mengubah Dunia: Sapu, Mulanya Dibuat untuk Hadiah Istri

Kompas.com - 22/02/2019, 15:39 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Indonesia baru saja memperingati hari peduli sampah nasional. Berbicara tentang sampah, tidak bisa kita lepaskan dengan alat-alat untuk membersihkannya.

Salah satu alat yang tak bisa dipisahkan dari membersihkan sampah adalah sapu.

Sapu sekilas hanya alat sederhana. Tapi jika kita kehilangan benda satu ini seringkali menyulitkan untuk membersihkan ruangan atau sekitar rumah.

Sayangnya, waktu penemuan sapu tidak pernah diketahui secara pasti. Asal mula bundel ranting yang diikat pada tongkat telah ada sejak zaman kuno dan tertulis pada Alkitab Perjanjian Baru.

Baca juga: 5 Jenis Sampah Terbanyak di Bumi, dari Puntung Rokok hingga Styrofoam

Pada masa tersebut, sapu digunakan untuk menyapu abu dan bara api di sekitar perapian.

Tak hanya itu, referensi pertama tentang penyihir yang menaiki sapu terbang juga telah ada sejak tahun 1453.

Meski begitu, sapu modern baru ada sekitar tahun 1797. Sapu modern pertama ini dibuat oleh Levi Dickinson, seorang petani di Massachusetts dari rumput berumbai (Sorghum vulgare) yang diikat pada tongkat.

Dia membuat sapu sebagai hadiah untuk istrinya yang akan membantu membersihkan rumah mereka. Melihat keefektifan alat buatannya, Dickinson kemudian menjual sapu tersebut pada khalayak luas.

Dickinson dan putranya berhasil menjual ratusan sapu setiap tahun sejak 1800-an.

Melihat keberhasilan Dickinson menjual sapu, para petani mulai menanam rumput tersebut untuk dibuat sapu.

Menjelang beberapa dekade pertama, sejumlah mesin sapu dibuat demi produksi sapu yang lebih cepat. Salah satu mesin sapu yang terkenal dibuat oleh The Shaker, sebuah sekte keagamaan Kristen.

Mesin milik The Shaker ini membuat sapu dengan ujung datar. Sapu berujung datar tersebut menawarkan peningkatan kontrol atas gerakan sapu dan area cakupan yang lebih luas.

Popularitas sapu buatan the Shaker menyebar dengan cepat ke seluruh Amerika Serikat. Sapu buatan the Shaker ini masih digunakan hingga saat ini.

Mengikuti perubahan besar dunia, pada 1940-an, bahan sapu beralih pada serat sintetis. Bulu plastik yang lebih lembut membuat sapu sintetis ini lebih digandrungi.

Apalagi, serat sintetis ini memungkinkan dibuatnya jenis sapu yang bermacam-macam tergantung kelembutan seratnya.

Baca juga: Hari Peduli Sampah Nasional: 5 Fakta Ancaman Nyata Sampah di Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau