KOMPAS.com - Cara berolahraga di usia lanjut yang aman masih membingungkan banyak orang. Hal ini wajar saja bila melihat banyaknya nasihat dari orang-orang sekitar dan internet yang berkontradiksi satu sama lain.
Hal ini pun terjadi pada Widianti, seorang pembaca Kompas.com yang kemudian mengirimkan pertanyaannya ke Halo Prof!. Dia menulis:
"Dokter, bolehkah perempuan usia 58 tahun bermain basket? Saya sudah bermain basket sejak SMA, tapi banyak orang melarang dengan alasan kesehatan tulang dan lain-lain."
Pertanyaan tersebut dijawab oleh Dr. dr. Purwita Wijaya Laksmi, Sp. PD-KGer, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Geriatri, RS Pondok Indah – Bintaro Jaya. Berikut paparannya:
Halo Bu Widianti, terima kasih atas pertanyaannya.
Baca juga: Halo Prof! Apakah Kanker Payudara Bisa Turun ke Anak Perempuan?
Gaya hidup seseorang berkontribusi penting dalam ketercapaian proses menua yang sukses (successful aging).
Gaya hidup sehat berupa konsumsi diet sehat seimbang (well-balanced diet) dan latihan jasmani secara teratur dengan memperhatikan faktor frekuensi, intensitas, dan durasi, menjadi kunci bagi kesehatan dan kebugaran fisik.
Dengan demikian, pada giliran selanjutnya dapat mempertahankan kemandirian dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan kualitas hidup yang baik hingga usia sangat lanjut.
Selain itu, adanya unsur rekreasi dan interaksi sosial, terutama pada latihan jasmani yang dilakukan berkelompok di luar ruang, juga akan memberikan kesejahteraan psikologis dan sosial.
Oleh karena itu, latihan jasmani secara rutin yang tetap dilakukan meski telah memasuki usia pra-lanjut usia (pra-lansia) dan lansia merupakan hal yang sangat baik.
Baca juga: Halo Prof! Berbahayakah Pendarahan Seusai Olahraga?
Walaupun demikian, terdapat berbagai jenis latihan jasmani yang secara garis besar dibagi menjadi 4 kategori, yaitu latihan jasmani aerobik (endurance), mulai dari yang bersifat low impact hingga high impact, serta latihan kekuatan, fleksibilitas, dan keseimbangan.
Latihan jasmani yang bersifat low impact dan high impact memberikan manfaat dan risiko yang berbeda.
Berjalan, berenang, serta latihan jasmani dengan menggunakan sepeda statis atau alat elipstikal merupakan contoh latihan jasmani yang bersifat low impact. Di sisi lain, latihan jasmani dengan aktivitas berlari atau melompat merupakan jenis latihan jasmani yang high impact.
Latihan jasmani high impact memang cenderung membakar kalori lebih banyak. Namun, risiko terjadinya cedera terutama pada pergelangan kaki, lutut, panggul, dan tulang punggung lebih tinggi, serta dapat menimbulkan kerusakan bantalan sendi, tendon, dan otot.
Proses menua pada sistem muskuloskeletal (sendi, tulang, dan otot) meliputi kerusakan rawan sendi, serta penurunan densitas massa tulang dan massa otot yang berdampak pada peningkatan kekakuan dan nyeri sendi, penurunan kekuatan otot, perubahan postur tubuh dan cara berjalan, serta peningkatan risiko patah tulang.
Baca juga: Halo Prof! Apa Benar Kalau Tonsil Diangkat Jadi Tidak Gampang Sakit?
Proses tersebut dipercepat dan diperberat oleh adanya cedera atau pemakaian berlebihan. Sebagai contoh, latihan jasmani berlebihan terutama yang bersifat high impact, berat badan berlebih, atau pekerjaan yang mengharuskan memikul beban berat akan mempercepat dan memperberat kerusakan sendi lutut.
Oleh karena itu, pada pra-lansia dan lansia dianjurkan untuk melakukan latihan jasmani yang bersifat low impact.
Olahraga basket mengandung unsur aktivitas berjalan, berlari, melompat, dan melempar sehingga termasuk latihan jasmani bersifat aerobik yang high impact. Meskipun saat ini belum terdapat keluhan nyeri lutut, namun proses menua dan kerusakan pada rawan sendi sudah dapat terjadi.
Dengan kata lain, meskipun tidak bergejala, jika dilakukan pemeriksaan penunjang rontgen atau magnetic resonance imaging (MRI) dapat sudah jelas tampak kelainan sendi yang terjadi.
Sebagai contoh, seorang lelaki berusia 30 tahun yang rutin bermain sepak bola 3 kali seminggu, tidak memiliki keluhan nyeri lutut dan tidak pernah mengalami cedera yang bermakna di daerah lutut, ternyata berdasarkan pemeriksaan penunjang telah menunjukkan osteoartritis sendi lutut grade 2.
Baca juga: Halo Prof! Bagaimana Cara Mengatasi Sakit karena Asam Urat?
Analisis terhadap kumpulan studi mengenai osteoartritis sendi lutut berdasarkan pemeriksaan MRI pada orang dewasa tanpa gejala dan tanpa riwayat cedera menunjukkan angka kejadian kerusakan rawan sendi sebesar 24%, robek bantalan sendi sebesar 10%, dengan gambaran osteoartritis sendi lutut sebesar 4–14% pada usia <40 tahun, sedangkan pada usia ≥40 tahun sebesar 19–43%.
Jika tetap dipaksakan melakukan latihan jasmani yang bersifat high impact seperti basket, maka suatu saat di kemudian hari dapat menimbulkan masalah sendi yang berkepanjangan sehingga akan mengganggu kemampuan mobilitas dan kualitas hidup.
Oleh karena itu, sebaiknya mengganti jenis latihan jasmani menjadi yang bersifat low impact sesuai dengan yang diminati oleh Bu Widianti.
Semoga uraian ini dapat menjawab pertanyaan Bu Widianti. Selamat melakukan latihan jasmani dengan baik, benar, dan aman.
Dr. dr. Purwita Wijaya Laksmi, Sp. PD-KGer
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Geriatri, RS Pondok Indah – Bintaro Jaya
Punya pertanyaan terkait kesehatan dan sains yang membuat Anda penasaran? Kirimkan pertanyaan Anda ke haloprof17@gmail.com untuk dijawab oleh ahlinya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.