Walaupun demikian, terdapat berbagai jenis latihan jasmani yang secara garis besar dibagi menjadi 4 kategori, yaitu latihan jasmani aerobik (endurance), mulai dari yang bersifat low impact hingga high impact, serta latihan kekuatan, fleksibilitas, dan keseimbangan.
Latihan jasmani yang bersifat low impact dan high impact memberikan manfaat dan risiko yang berbeda.
Berjalan, berenang, serta latihan jasmani dengan menggunakan sepeda statis atau alat elipstikal merupakan contoh latihan jasmani yang bersifat low impact. Di sisi lain, latihan jasmani dengan aktivitas berlari atau melompat merupakan jenis latihan jasmani yang high impact.
Latihan jasmani high impact memang cenderung membakar kalori lebih banyak. Namun, risiko terjadinya cedera terutama pada pergelangan kaki, lutut, panggul, dan tulang punggung lebih tinggi, serta dapat menimbulkan kerusakan bantalan sendi, tendon, dan otot.
Proses menua pada sistem muskuloskeletal (sendi, tulang, dan otot) meliputi kerusakan rawan sendi, serta penurunan densitas massa tulang dan massa otot yang berdampak pada peningkatan kekakuan dan nyeri sendi, penurunan kekuatan otot, perubahan postur tubuh dan cara berjalan, serta peningkatan risiko patah tulang.
Baca juga: Halo Prof! Apa Benar Kalau Tonsil Diangkat Jadi Tidak Gampang Sakit?
Proses tersebut dipercepat dan diperberat oleh adanya cedera atau pemakaian berlebihan. Sebagai contoh, latihan jasmani berlebihan terutama yang bersifat high impact, berat badan berlebih, atau pekerjaan yang mengharuskan memikul beban berat akan mempercepat dan memperberat kerusakan sendi lutut.
Oleh karena itu, pada pra-lansia dan lansia dianjurkan untuk melakukan latihan jasmani yang bersifat low impact.
Olahraga basket mengandung unsur aktivitas berjalan, berlari, melompat, dan melempar sehingga termasuk latihan jasmani bersifat aerobik yang high impact. Meskipun saat ini belum terdapat keluhan nyeri lutut, namun proses menua dan kerusakan pada rawan sendi sudah dapat terjadi.
Dengan kata lain, meskipun tidak bergejala, jika dilakukan pemeriksaan penunjang rontgen atau magnetic resonance imaging (MRI) dapat sudah jelas tampak kelainan sendi yang terjadi.
Sebagai contoh, seorang lelaki berusia 30 tahun yang rutin bermain sepak bola 3 kali seminggu, tidak memiliki keluhan nyeri lutut dan tidak pernah mengalami cedera yang bermakna di daerah lutut, ternyata berdasarkan pemeriksaan penunjang telah menunjukkan osteoartritis sendi lutut grade 2.
Baca juga: Halo Prof! Bagaimana Cara Mengatasi Sakit karena Asam Urat?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.