Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Halo Prof! Bolehkah Saya Bermain Basket pada Usia 58 Tahun?

Kompas.com - 26/03/2019, 19:33 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Editor

Proses tersebut dipercepat dan diperberat oleh adanya cedera atau pemakaian berlebihan. Sebagai contoh, latihan jasmani berlebihan terutama yang bersifat high impact, berat badan berlebih, atau pekerjaan yang mengharuskan memikul beban berat akan mempercepat dan memperberat kerusakan sendi lutut.

Oleh karena itu, pada pra-lansia dan lansia dianjurkan untuk melakukan latihan jasmani yang bersifat low impact.  

Olahraga basket mengandung unsur aktivitas berjalan, berlari, melompat, dan melempar sehingga termasuk latihan jasmani bersifat aerobik yang high impact. Meskipun saat ini belum terdapat keluhan nyeri lutut, namun proses menua dan kerusakan pada rawan sendi sudah dapat terjadi.

Dengan kata lain, meskipun tidak bergejala, jika dilakukan pemeriksaan penunjang rontgen atau magnetic resonance imaging (MRI) dapat sudah jelas tampak kelainan sendi yang terjadi.

Sebagai contoh, seorang lelaki berusia 30 tahun yang rutin bermain sepak bola 3 kali seminggu, tidak memiliki keluhan nyeri lutut dan tidak pernah mengalami cedera yang bermakna di daerah lutut, ternyata berdasarkan pemeriksaan penunjang telah menunjukkan osteoartritis sendi lutut grade 2.

Baca juga: Halo Prof! Bagaimana Cara Mengatasi Sakit karena Asam Urat?

Analisis terhadap kumpulan studi mengenai osteoartritis sendi lutut berdasarkan pemeriksaan MRI pada orang dewasa tanpa gejala dan tanpa riwayat cedera menunjukkan angka kejadian kerusakan rawan sendi sebesar 24%, robek bantalan sendi sebesar 10%, dengan gambaran osteoartritis sendi lutut sebesar 4–14% pada usia <40 tahun, sedangkan pada usia  ≥40 tahun sebesar 19–43%.

Jika tetap dipaksakan melakukan latihan jasmani yang bersifat high impact seperti basket, maka suatu saat di kemudian hari dapat menimbulkan masalah sendi yang berkepanjangan sehingga akan mengganggu kemampuan mobilitas dan kualitas hidup.

Oleh karena itu, sebaiknya mengganti jenis latihan jasmani menjadi yang bersifat low impact sesuai dengan yang diminati oleh Bu Widianti.

Semoga uraian ini dapat menjawab pertanyaan Bu Widianti. Selamat melakukan latihan jasmani dengan baik, benar, dan aman.

Dr. dr. Purwita Wijaya Laksmi, Sp. PD-KGer

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Geriatri, RS Pondok Indah – Bintaro Jaya

Punya pertanyaan terkait kesehatan dan sains yang membuat Anda penasaran? Kirimkan pertanyaan Anda ke haloprof17@gmail.com untuk dijawab oleh ahlinya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com