Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Berhenti Makan Daging Tidak Selamatkan Lingkungan, Ini Penjelasannya

Kompas.com - 22/03/2019, 19:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pada tahun 2015, rata-rata konsumsi daging per kapita tahunan di negara-negara maju adalah 92 kilogram, bandingkan dengan 24 kilogram di Timur Tengah dan Afrika Utara dan 18 kilogram di Asia Tenggara.

Namun, mengingat pertumbuhan populasi yang diperkirakan akan tumbuh pesat di negara berkembang, tentu akan ada peluang bagi negara-negara seperti Amerika Serikat untuk membawa praktik pemeliharaan ternak berkelanjutan mereka ke negara berkembang.

Harga dari industri peternakan

Menghapus peternakan dari sektor pertanian Amerika Serikat akan menurunkan sedikit emisi gas rumah kaca, tetapi juga akan membuat lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan gizi. Banyak kritik mengatakan jika petani hanya memelihara tanaman, mereka dapat menghasilkan lebih banyak makanan dan lebih banyak kalori per orang.

Tetapi manusia juga membutuhkan banyak nutrisi mikro dan makro yang penting untuk kesehatan.

Sulit untuk membuat argumen yang meyakinkan bahwa Amerika Serikat memiliki defisit kalori, mengingat tingginya angka nasional obesitas orang dewasa dan anak. Selain itu, tidak semua bagian tanaman dapat dimakan atau diinginkan. Memelihara ternak adalah cara untuk menambah nilai gizi dan nilai ekonomis pada tanaman pertanian.

Sebagai salah satu contoh, energi pada tanaman yang dikonsumsi ternak paling sering terkandung dalam selulosa, yang tidak dapat dicerna manusia dan banyak mamalia lainnya. Tetapi sapi, domba, dan hewan lainnya dapat memecah selulosa dan melepaskan energi matahari yang terkandung dalam sumber daya yang luas ini.

Menurut FAO, sebanyak 70% dari semua lahan pertanian secara global adalah tanah yang hanya dapat digunakan sebagai lahan penggembalaan untuk ternak.

Populasi dunia saat ini diproyeksikan mencapai 9,8 miliar orang pada tahun 2050. Memberi makan orang sebanyak ini akan menimbulkan tantangan besar. Daging lebih padat nutrisi per sajian daripada pilihan vegetarian, dan hewannya sebagian besar mengkonsumsi makanan yang tidak cocok untuk manusia.

Memelihara ternak juga menawarkan penghasilan yang sangat dibutuhkan bagi petani skala kecil di negara berkembang. Di seluruh dunia, ternak menyediakan mata pencaharian bagi 1 miliar orang.

Perubahan iklim menuntut perhatian cepat, dan industri peternakan meninggalkan jejak lingkungan besar secara keseluruhan yang mempengaruhi udara, air, dan tanah. Hal ini, dikombinasikan dengan populasi dunia yang meningkat pesat, mendorong kita untuk terus bekerja demi efisiensi yang lebih besar dari industri peternakan.

Saya percaya tempat untuk memulai semua itu adalah dengan fakta berbasis sains.

Frank M. Mitloehner

Professor of Animal Science and Air Quality Extension Specialist, University of California, Davis

Artikel ini dipublikasikan atas kerja sama Kompas.com dan The Conversation Indonesia dari judul asli "Dampak makan daging terhadap perubahan iklim sebenarnya tidak sebesar yang kita bayangkan". Isi artikel di luar tanggung jawab Kompas.com.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com